Selasa, 13 November 2012

ROCK masih punya INDONESIA


Awal Juli beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, antara lain Semarang, Jogya dan Surabaya dilanda bahana  musik rock yang diselenggarakan secara sama-sama oleh  God Bless dan SAS grup yang dilengkapi oleh bitang tamu  Ucok AKA.
Stadion Kridosono Yogya pada seputar pukul 19.30 itu mulai dimasuki oleh  “Rock Freaks” yang telah membeli tiket denngan harga cukup mahal untuk ukuran kota tersebut yakni Rp 2500,- dan Rp 1500,-
Jumlah penonton malam itu berdasarkan pengamatan dan hasil konfirmasi dengan panitia pelaksana dari karcis yang terjual tak kurang dari 10000 jumlahnya.
Dengan mengambil jarak yang cukup jauh diperkirakan sekitar 15 meter dari deretan kursi terdepan berdirilah sebuah panggung dengan tinggi sekitar dua setengah meter panjang 25 meter lebar 10 meter tanpa atap yang telah dipenuhi oleh peralatan


Alat-alat God Bless disebelah kiri  dan SAS di sebelah kanan, dari keseluruhan alat yang hadir di atas panggung terlihat bahwa ke dua grup ini siap tampil dengan “full power” untuk memuaskan  rock freak  Jogya tersebut. Perhatikan drumset milik God Bless yang diletakan di atas panggung mini yang sengaja dipasang dipanggung besar itu. Dengan alat hidraulik yang terpasang dibawah panggung mini itu maka drum set beserta drummernya siap dengan atraksi turun naik , sementara panggung mini itu beserta keseluruhannya itu terletak di antara kaki tiga  dari bambu yang tingginya kurang lebih 10 meter dan puncaknya meny\impan kertas kecil warna-warni yang akan menyebar ke bawah dan akan menjadi indah karena sorotan lampu. Dari sini nampak bahwa God Bless selain hendak unjuk gigi dengan musiknya, juga siap membumbui dengan trick2 memikat minimal dari sektor drum dan  kepulan dry ice/.
Bagaimana dengan SAS ? Mereka nampaknya tidak berkepentingan dengan hal-hal berbau trick, tapi lebih siap dalam pengadaan alat. Misalnya terlihat dari dudukan lightingnya yang permanen. Dengan tiang yang terbuat dari pipa pralon yang bisa distel tinggi rendahnya. Dudukan tersebut dipasang di kanan kiri panggung wilayahnya yang masing-masing memuat tak kurang dari 24 lampu spot dan tiga buah blitz, sedangkan di belakang drum set dudukan itu memuat 16 lampu spot. Jadi total ada 64 buah lampu spot di sana. God Bless sendiri memasang lampu tidak pada dudukan yang permanen melainkan membuat dudukan darurat dari bambu yang dipasang di kanan kiri dan belakang panggung wilayahnya dan dibuat lebih tinggi dari dari dudukan punya SAS. Untuk soundpun demikian pula. SAS mempergunakan satu jenis merek untuk penampilannya itu, yaitu Lasika, sedangkan God Bless walaupun pada uji coba suaranya bisa dipertanggung  jawabkan, nampak kurang sreg dengan model menggusur berbagai macam merek  sound luar negeri yang digabung-gabung macam itu.

Atraktif
            Tanpa basa-basi  SAS yang terdiri dari Sunatha Tanjung pada gitar, Artur pada bas dan Syeh Abidin pada drums bersamaan dengan kelip kebyarnya lampu sorot menggebrak  panggung dengan isntrumental rock yang tidak keruan juntrungan pada awalnya. Penonton baru terhentak ketika Sun dengan gayanya yang khas menguak kedua kakinya meletakan ujung badan gitarnya diselangkangannya, sementara ujung yang lain menghadap ke atas mengarahkan nada-nada tegar yang dipetiknya menjadi lagu Garuda Pancasila. Dan Arthur mengimbanginya dengan gerakan yang tak kalah luwesnya dengan Sun yang kesemuanya itu membentuk atraksi duet yang menawan ditengah lagu Garuda Pancasila yang tampak gagah dengan aransemen semacam itu.
Gaya macam itulah yang sering diperlihatkan oleh SAS di atas panggung. Ada kalanya Arthur dan Sun berdiri sejajar didepan mike untuk mengucapkan liryc lagu, namun begitu selesai dengan urusan liryc, kembalilah mereka pada gaya semula. Hal ini terjadi pada lagu kedua dan ketiga misalnya yang masih sejenis dengan lagu pertama dalam nada yaitu rock model Jimi Hendrix. Baru pada lagu keempat mereka menguak cakrawala baru ketika  Arthur berucap : “Untuk lagu selanjutnya akan kami bawakan sebuah lagu  dari Emerson Lake & Palmer. Untuk itu kami akan berganti formasi, saya pada keyboard dan Sun pada bas.
            Maka bergemalah Picture At Exhibition dari versi live  dari ELP  ketika mereka mengadakan  pertunjukan di Olympic Stadium Montreal di tahun 1979. Nomor ini bercorak klasik rock, panjang lagu lewat dari 10 menit dan berkesan mewah terutama lewat bunyi-bunyian keyboard yang mengangsur warna okestrasi. Namun eksistensi rocknya tetap terjaga baik  lewat bunyi-bunyian keyboard yang kerap melejit dari warna orkestrasi  menjadi agresif  ataupun dentuman bas dan gebukan drum di sana sini serta vokal Arthur yang lantang. Dan Arthur sempat mengembara dengan keyboardnya di sini, keluar dari jalur lagu dan menyodorkan sebuah lagu jazz “Take A Five” yang mendapat Applaus dari penonton.
            Usai dengan lagu ini, dengan tidak mempedulikan tetesan hujan SAS kembali pada formasi pertama dan Arthur dengan bas ditangan mencoba memancing reaksi penonton sebelum membawakan lagu “Stairway To Heaven”  dari Led Zeppelin. Dan mendapat reaksi positif sekali dari penonton. Lagu ini kemudian ditiru persis dengan versi live show Led Zeppelin di Madison Square Garden  New York pada tahun 76 sampai ke improve-improve  dari Robert Plant dan suara centil-centilnya juga digusur oleh Arthur yang  juga bertindak  sebagai vokalis.
            Selanjutnya adalah bagian Ucok AKA yang ditampilkan. Veteran Underground tahun 70 an ini membawakan sebuah lagu blues dengan menyebar gaya urakan sejak awal hadir di atas panggung dan gaya tersebut kerap terkesan over acting, seronok kadang kala jorok walaupun dengan itu ia semua membuat ia bisa berkomunikasi dengan penonton.

Hujan Lebat
            Karn Evil 9 First Impresion dari ELP adalah nomor selanjutnya dari SAS. Pada lagu ini Arthur kembali sibuk dengan keyboardnya dan jika pada nomor ELP sebelumnya ia sempat menyelipkan lagu Take A Five maka yang digusur kali ini adalah lagu Es Lilin dan Gambang Suling yang mendapat aplaus hangat dari penonton. Usai dengan solo keyboard, masih pada lagu yang sama  Arthur berpindah pada bas dan Sun pada gitar kembali yang selanjutnya menyodorkan solo bas yang memikat dari Arthur.
            Dengan gaya mencabik, mendentum, memukul dengan jari tangannya  bagian yang seharusnya dipetik ternyata tidak hanya mengundang penonton untuk bertepuk tangan, tapi juga mengundang hujan makin lebat.
            Dan hujan betul-betul menjadi lebat ketika bagian Arthur bersolo gitar. Ia nampak angker sekali dengan gaya berdiri dengan kaki terpentang dengan tangan sibuk memperlihatkan kemahirannya sementara hujan mendera tubuhnya dari langit dengan keras. Di bagian solo drum Syehpun penonton melihat pemandangan yang tak kalah menarik, yakni stick ditangannya tampak berlomba-lomba denngan air hujan menyentuh bagian-bagian yang harus dipukulnya, karena sinar lampu yang dipanggung tinggal 16 lampu spot yang  ada pas dibelakang drumset, teknisi mereka tidak mau ambil resiko memainkan lighting dalam suasana seperti itu.
            Sedangkan reaksi penonton ketika hujan menjadi bertambah lebat  tak kalah menariknya. Mereka bukannya menghindar tapi malah mendekati bibir panggung dan uniknya banyak di antara mereka yang mempergunakan kursi tempat duduk sebagai pelindung kepala dari hujan dengan cara membalikan kursi tersebut dan meletakan di atas kepala mereka. Hal yang sebetulnya tidak berarti banyak dalam melindungi tubuh mereka dari curah hujan. Tapi mereka rupanya tidak peduli, mulut merka tak henti-hentinya berteriak-teriak,  “terus, teus.” Sedangkan kursi (tangan) diacung-acungkan mengikut\i irama.
            Dan SASpun ternyata sudah kepalang basah dengan mengabaikan resiko yang cukup besar, yakni konsletnya alat-alat listrik yang melingkari mereka, maka usai Karn Evil 9 yang dibawakan seolah-olah tidak ada hujan itu, secara nonstop menggabungkan dengan lagu Superstar dari album Jesus Christ Superstar yang mendapat sambutan sama meriahnya baik dari hujan maupun dari penonton.
            Selesai Superstar kembali dipanggil Ucok AKA yang sebelum bernyanyi sempat mengajak penonton mengikuti hentakan intro musik lagu yang hendak dibawakannya. “Mari kita bertepuk tangan sambil sama-sama mandi,” katanya. Dan sebuah nomor rock hangat dihidangkan oleh Ucok, cukup panjang dan komunikatif hingga banyak di antara penonton yang menghentak-hentak badannya sepanjang lagu.

 Lagu dari Ucok sekaligus menjadi akhir dari show SAS. Dan mereka agak sulit meninggalkan panggung karena didesak untuk bermain terus oleh penonton. Tapi Ucok yang terakhir meninggalkan panggung dengan pandai mengalihkan penonton walaupun untuk itu dia harus menyudutkan rival mainnya. “Udah, kami udah dulu. Band sebelah mau main,” katanya berulang-ulang sambil menunjuk peralatan milik God Bless.
            Dan kenyataannya God Bless tak pernah main malam itu, walau mereka menyatakan siap main biar sampai pagipun daripada main dibawah hujan lebat macam itu karena, “Alat-alat kami banyak yang konslet, “ kata Ahmad Albar.
            Sayang memang duel meet antara dua grup super rock yang diharapkan menggelegar itu ternyata tidak terpenuhi. GB terpaksa mengaku kalah oleh curahan hujan. Tapi yang penting, toh masyarakat Indonesia masih merindukan show musik hingar bingar macam ini. Setelah kedua supergrup ini terkubur oleh berdayut-dayutnya musik yang meratap-ratap—mereka masih bisa muncul dengan sambutan luar biasa. Jadi tidak ada alasan untuk grup-grup rock untuk menggantungkan gitarnya dan beralih kejenis\ musik yang seirama dengan selera sebagian masyarakat yang justru diarahkan oleh para cukong rekaman.



Rabu, 10 Oktober 2012

eet sjahranie dan godbless


God Bless adalah grup musik rock yang telah menjadi legenda di indonesia. Dasawarsa 1970 bisa dianggap sebagai tahun-tahun kejayaan mereka.
Personil GodBless di era tahun 90an :
Foto Asli dan tanda tangan asli EET SJAHRANIE (Gitarisnya pada waktu itu)
Kondisi Foto bagus dan baik, tandatangan EET dibelakangnya.

Di Era 90-an
Setelah melewati masa vakum yang cukup panjang, tahun 1997, para personel God Bless, termasuk Eet Sjahranie dan Ian Antono kembali berkumpul. 'Workshop' yang mereka gelar di kawasan Puncak, menghasilkan sebuah album berjudul Apa Kabar. Namun reuni ini tidak berlangsung lama karena Eet secara resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri, Edane yang sejak tahun 1992 sudah merilis album perdananya, The Beast.

Walau tidak banyak merilis album, God Bless, dianggap merupakan legenda grup musik rock Indonesia karena dianggap sebagai pelopor yang memiliki kualitas bermusik tinggi. Sepanjang perjalanannya, grup ini mengalami 15 kali lebih pergantian personil yang disebut sebagai 'formasi', dan saat ini tinggal Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fattah Gagola (bass) yang masih dapat dikatakan sebagai personil aktif grup.

Selasa, 09 Oktober 2012

AHMAD ALBAR : DONNY FATTAH itu terlahir sebagai pemusik

Kabar menggembirakan datang dari salah satu pemain band rock legendaris God Bless, Donny Fattah, pembetot bass yang sempat beristirahat panjang akibat terkena serangan jantung. Kini kondisinya sudah mulai membaik, bahkan sudah bisa berlatih kembali.

"Sudah, alhamdulillah sudah mulai membaik. Dia sudah comeback latihan lagi dengan kami," ujar Ahmad Albar, vokalis berambut kribo di The Platters Cafe, Setia Budi Building, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (26/6).

Menurut Iyek, sapaan akrabnya, meski belum boleh berlatih terlalu lama, musik adalah semangat untuk Donny agar cepat pulih. "Dia terlahir sebagai pemusik, semangatnya enggak bisa ditahan. Saya yakin semangat ini yang membantu untuk kesembuhannya," ujarnya.

Selama Donny absen membetot bas di aksi panggung God Bless, bukan berarti Iyek bersama Ian Antono (gitar), Yaya Moektio (drum) dan Abadi Soesman (keyboard) ikut vakum bermusik. "God Bless tidak terpengaruh, kan selama ini kami bisa manggung dengan additional bassist. Namanya Aria, dia pemain bas dan guru musik, orangnya juga asik, jadi pas lah buat menggantikan Donny sementara," jelas sang vokalis.

Satu hal yang mengejutkan Iyek, sementara God Bless manggung dengan additional bassist, Donny tak mau ketinggalan untuk ikut beraksi. "Donny sempat datang ke Cikarang pas God Bless manggung, dia main di dua lagu terakhir. Jadi dari awal Aria yang main, terus sisanya diisi Donny, dia dua lagu saja," kata Iyek.

Minggu, 07 Oktober 2012

( GODBLESS kotak kotak ) godbless membuat jokowi berasa muda kembali


Ahok.Org – Joko Widodo dikenal sebagai sosok pencinta musik rock, metal, dan cadas. Ketika God Bless menyanyikan lagu “Rumah Kita” spesial untuk Jokowi, calon gubernur DKI Jakarta itu mengaku merasa muda kembali.




           “Saya sangat suka musik rock, makanya saya ke sini. Penampilan God Bless membuat saya kembali seperti muda lagi karena musik tidak dapat dimungkiri lagi sudah jadi bagian hidup saya,” kata Jokowi yang selalu tersenyum saat acara halalbihalal di kediaman Dimas Wahab (pentolan band Medenasz), Lebak Bulus, Jakarta, Minggu (9/9/2012) malam.
Pada acara halalbihalal tersebut hadir Ernie Djohan, Camelia Malik, Jelly Tobing, Deddy “Miing” Gumelar, Yopi Item, Sandro Tobing, dan grup band Bragi.
Para artis lintas generasi tersebut masing masing menyumbang lagu untuk meramaikan acara. Ernie Djohan sempat menyanyikan lagu “Kau Selalu di Hatiku”, sedangkan Jelly Tobing menyanyikan lagu dari Queen, “I Want To Break Free”.


          “Kami tampil khusus untuk Jokowi, lagu (‘Rumah Kita’) ini spesial untuk Jokowi,” ujar Ian Antono.
Pada kesempatan tersebut, God Bless yang merupakan grup rock legendaris menghibur masyarakat dengan lagu-lagunya yang tersohor, seperti “Rumah Kita”, “Panggung Sandiwara”, dan “Syair Kehidupan”. Pentolan God Bless semuanya hadir dalam acara ini, yaitu Ian Antono, Ahmad Albar, dan Donny Fattah.
Penampilan spesial God Bless tidak hanya menghibur Jokowi, tetapi juga berhasil membuat para peserta halalbihalal ikut bernyanyi dan bergoyang.


         “Kami kagum dengan sosok Jokowi yang bersahaja. Kami dari God Bless yakin Jokowi bisa memberikan pembaruan bagi Jakarta. Selain itu, kan Jokowi juga suka musik, jadi saya dukung. Karena musik, orang jadi awet muda dan muda itu berarti energik dan kreatif, itulah Jokowi,” kata Ian lagi.
Jokowi tampak sangat menikmati lantunan lagu rock God Bless. Sesekali dirinya keliling mendatangi para peserta halalbihalal. Hal yang menarik adalah para artis 80-an berlomba-lomba berfoto dengan Jokowi.

Rock n Roll Fantasy pesta Rock Band '' RIF & GODBLESS''





Wih serunya.............

alasan kenapa TEDDY SUJAYA hengkang dari GODBLESS



Teddy Sujaya bukanlah sosok pelit informasi, sebagaimana banyak orang menduganya. Sebaliknya, dia sangat terbuka dan enak diajak ngobrol. Lama kita ngobrol sekitar 1 jam-an, mulai jam 9-an, mulai dari hal ringan sampai hal sensitive yang menjadi misteri dari perjalanan group yang ’pelit album’ tersebut. Bahkan tendengar suara kecipak air dibelakangnya, sepertinya dia ngobrol dengan saya di’sambi’ renang , mandi atau mungkin kencing ?

Sebelum saya menguraikan alasan mengapa Teddy Sujaya keluar dari God Bless, saya ajak anda mengingat sosok drummer God Bless tersebut.

Kualitas skillnya tidak lagi perlu kita perdebatkan, debutnya selama lebih dari 30 tahun di dunia seni musik telah membuktikan semuanya. Selain di God Bless, kontribusinya dalam menggosok intan berkabaret yang sekarang sudah Go Internasional, Anggun Cipta Sasmi masih lekat dalam ingatan kita . Hits seperti Mimpi, Tua-tua Keladi, Bayang Ilusi, dan Nafas Cinta adalah ciptaan Teddy Sujaya yang membuat Anggun menjadi Lady Rocker yang sangat disukai saat.

Kendati bukan drumer pertama (sebelumnya ada Fuad Hasan), atau bukan satu-satunya penggebuk drum (karena ada drumer lainnya, seperti : Gilang Ramadhan, Inang Noorsaid, Jelly Tobing, Yaya Moektio, dan Fuad Hasan), tetapi Teddy adalah drumer yang terbukti sangat setia menemani kelahiran SEMUA album God Bless. Bahkan dialah DRUMER SEJATI God Bless, karena drumer lainnya tidak pernah menelorkan satu album-pun sebagaimana dia. Teddy-lah yang turut juga mengendong orok album miskram God Bless yang mati suri pada tahun 2004.

Sebagaimana Queen, God Bless ’formasi lima album’ memiliki kelebihan bahwa semua anggotanya adalah penulis lagu. Karenanya melalui lagu : Musisi, Trauma, Raksasa, , Apa Kabar, dan Serigala jalanan, Teddy Sujaya telah membuktikan sumbangsihnya di album-album yang menjadi artefak sejarah musik rock di tanah air itu.

Lalu dengan bukti-bukti kongkrit kesetiannya pada God Bless, sungguh sangat tidak masuk akal bila ia harus memutuskan keluar dari God Bless pada tahun 2004. Ada rahasia apa dibalik semua itu ? Benarkah Teddy Sujaya sudah tidak dianggap oleh teman-temannya ? Seberapa beratkah persoalan mereka, hingga sejawat telah menjadi orang lain ?

Kembali ke persoalan Teddy Sujaya yang memutuskan keluar, dari God Bless sehingga harus digantikan Yaya Moektio (eks Cockpit dan Gong 2000). Ternyata menurut pengakuan Teddy, persoalannya justru bukan bersumber dari hubungannya dengan anggota God Bless yang lain. Bahkan pasca keluar dari God Bless pada tahun 2004, Teddy pernah menggarap album solo Yik. Bahkan pernah kumpul bersama pada tanggal 19 desember 2008 kemarin, saat taksiyah wafatnya Ibunda Hj. Suryati. (ibu Jockie Suryo Prayogo), demikian kata Teddy memperkuat alasannya.

Tapi bukankah ketika malam penghargaan Immortal itu, justru Iman fattah yang berinisiatif mencairkan suasana memaksa menarik Teddy Sujaya ke atas panggung ? Mengapa bukan Ian Antono, Achmad Albar atau Donny Fattah ? Suasana ’reuni’ di Rolingg Stone memang sangat tidak mengenakkan, kurang akrab sebagaimana sahabat lama, dan itu dapat dirasakan oleh Teddy Sujaya (begitu pula yang dirasakan Jockie Soeryo Proyogo sebagaimana yang diceritakan kepada saya). Lalu mengapa kontradiktif ? Menurut khusnudzon Teddy, hal tersebut kemungkinan disebabkan 2 (dua) alasan. Yang pertama karena menjaga perasaan dan penghormatan kepada : Abadi Soesman dan Yaya Moektio. Sedangkan kemungkinan yang kedua karena disebabkan kondisi itu dusebabkan faktor lain, yaitu dari manajeman God Bless.

Lalu kalau bukan bersumber dari mereka (anggota God Bless lainnya), darimana persoalan itu berangkat ? Ada asap, pasti ada apinya !! kata saya mencecarnya mengharap jawaban jujur Teddy Sujaya. Jawaban yang tidak sekedar lip service atau normatif karena sungkan sama Ian, Yik atau Donny.

Persoalan besar yang menyebabkan Teddy Sujaya keluar dari God Bless adalah ketidak-cocokannya dengan Log Zhelebor, produser yang menangani God Bless saat itu. Pasca lahirnya album Raksasa (1989), God Bless masih memiliki kontrak album rekaman. Maka mulailah mereka menggarapnya, bahkan seingat Teddy, ia sempat menggebuk perangkat drum-nya sebanyak 6 (enam) lagu.

Disinilah persoalan mulai timbul. Menurut Teddy Sujaya, Log mulai meremahkan ’kebesaran’ nama God Bless dengan selalu tidak memperhatikan proses rekaman God Bless. Log tidak focus. Saat itu Ong Oen Log lebih menganak-emaskan Jamrud yang tengah menggarap album B.18+ Karena merasa diremehkan maka menyebabkan kemarahan Teddy Sujaya naik diubun-ubun, terjadilah pertengkaran keras antara keduanya. Pembicaraan memanas, Teddy jengkel, maka keluarlah kalimat keras Teddy Sujaya kepada Log Zhelebor : Saya keluar dari God Bless !!!

Kalimat keras yang sungguh mencerminkan jiwa corsa, dan ekspresi rasa sayang Teddy pada nama besar God Bless. Tapi sayang hal tersebut justru ditanggapi dingin oleh anggota lainnya saat itu. Teddy merasa sendirian. Semua temannya membisu, tidak ada yang membelanya untuk berhadap-hadapan dengan kesewenangan Log !!

Kelak akhirnya mereka sepakat memutuskan untuk tidak melanjutkan proses album tersebut, karena dengan alasan tidak layak untuk diedarkan.dan dilanjutkan. (album ini pula yang memicu keluarnya Jockie ? )

Ucapan itu telah terlontar. Teddy Sujaya telah memutuskan. Sebagai seorang satria pantang menjilat ludah sendiri, maka Teddy Sujaya-pun meninggalkan band yang dia bangun dengan keringatnya sendiri selama 30 tahun.

Teddy ..... we love u !!!!! God bless wit u

Sabtu, 06 Oktober 2012

keke sempat tergila gila dengan sang VOCALIS

Keke mengakui sulit baginya untuk melupakan Iyek. Bagi wanita kelahiran Jakarta, 4 Desember 1973 ini, duda beranak tiga yang usianya jauh lebih tua itu mempunyai arti tersendiri dalam hidupnya. Banyak hal yang didapat Keke dari Iyek, ia pula yang membuat Keke lebih matang. "Makanya bagi saya susah melupakannya begitu saja," ujar dara cantik yang pernah ditentang oleh orang tuanya saat jalan bareng dengan Iyek ini.



Hubungan Cut Keke dengan Iyek beberapa tahun silam memang sangat lengket. Keduanya dikabarkan memendam cinta yang sangat dalam sehingga sulit untuk terpisahkan. Sayangnya, hubungan itu tidak mendapat restu orangtua Cut Keke. Perbedaan usia yang cukup jauh dan status Iyek yang duda ditengarai menjadi sebab mengapa hubungan itu tidak mendapat restu.

Meski banyak rintangan yang dihadapi, namun toh baik Cut Keke maupun Iyek berusaha untuk bertahan. Bahkan keduanya dikabarkan sempat tinggal bersama di sebuah rumah di kawasan Sentul guna menghindar dari sorotan publik. Soal kabar ini, kepada sejumlah media, ketika itu Cut Keke sempat membantahnya dengan tegas. "Itu hanya gosip. Kami tidak pernah tinggal bersama di Sentul. Jadi tolong jangan buat berita macam-macam," kata Cut Keke.

Kisah seputar asmara Cut Keke dan Ahmad Albar memang menjadi berita heboh di kisaran tahun 1996 - 1997. Ahmad Albar yang menjadi salah satu motor grup musik Godbless dan Gong 2000 kala itu memang belum lama cerai dengan istrinya, Rini S Bono setelah menikah 15 tahun.

Meski usia Iyek saat pacaran dengan Keke 50 tahun, namun sebagai laki-laki Iyek masih memiliki daya tarik tersendiri. Ungkapan makin tua makin bersantan, tampaknya pantas ditujukan pada dirinya. Aksi panggungnya yang memukau kerap membuat histeris penggemar wanitanya. Nah, Cut Keke menjadi salah satu penggemar yang tergila-gila pada Iyek. Groupis, demikian istilah untuk para wanita yang tergila-gila pada rocker. Dan ketika itu, penyanyi kribo yang memangkas pendek rambutnya ini mengatakan, "Saya tidak canggung dengan usia."

Iyek dan Cut Keke kala itu memang terkesan sulit untuk dipisahkan. Soalnya, ke mana saja Iyek pergi, Cut Keke selalu ada di sampingnya. Juga waktu Iyek manggung di sejumlah kota bersama Godbless. Tak heran, kedekatan Iyek dengan Keke menjadi perhatian dan bahan berita yang menarik. Selain perbedaan usia yang mencolok (ketika itu Keke baru 23 tahun, sedangkan Iyek, 50 tahun), terdengar kabar hubungan keduanya tidak direstui orang tua Keke.

Tapi ketika itu keduanya mengatakan, "Kalau jodoh di tangan Tuhan." Artinya, hubungan aktris terbaik sinetron 1995 ini dengan Iyek memang serius. Tak sekadar jalan-jalan biasa lagi. "Saya tidak bisa pastikan, semua ada di tangan Tuhan," tandas Iyek.