Selasa, 13 November 2012

ROCK masih punya INDONESIA


Awal Juli beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, antara lain Semarang, Jogya dan Surabaya dilanda bahana  musik rock yang diselenggarakan secara sama-sama oleh  God Bless dan SAS grup yang dilengkapi oleh bitang tamu  Ucok AKA.
Stadion Kridosono Yogya pada seputar pukul 19.30 itu mulai dimasuki oleh  “Rock Freaks” yang telah membeli tiket denngan harga cukup mahal untuk ukuran kota tersebut yakni Rp 2500,- dan Rp 1500,-
Jumlah penonton malam itu berdasarkan pengamatan dan hasil konfirmasi dengan panitia pelaksana dari karcis yang terjual tak kurang dari 10000 jumlahnya.
Dengan mengambil jarak yang cukup jauh diperkirakan sekitar 15 meter dari deretan kursi terdepan berdirilah sebuah panggung dengan tinggi sekitar dua setengah meter panjang 25 meter lebar 10 meter tanpa atap yang telah dipenuhi oleh peralatan


Alat-alat God Bless disebelah kiri  dan SAS di sebelah kanan, dari keseluruhan alat yang hadir di atas panggung terlihat bahwa ke dua grup ini siap tampil dengan “full power” untuk memuaskan  rock freak  Jogya tersebut. Perhatikan drumset milik God Bless yang diletakan di atas panggung mini yang sengaja dipasang dipanggung besar itu. Dengan alat hidraulik yang terpasang dibawah panggung mini itu maka drum set beserta drummernya siap dengan atraksi turun naik , sementara panggung mini itu beserta keseluruhannya itu terletak di antara kaki tiga  dari bambu yang tingginya kurang lebih 10 meter dan puncaknya meny\impan kertas kecil warna-warni yang akan menyebar ke bawah dan akan menjadi indah karena sorotan lampu. Dari sini nampak bahwa God Bless selain hendak unjuk gigi dengan musiknya, juga siap membumbui dengan trick2 memikat minimal dari sektor drum dan  kepulan dry ice/.
Bagaimana dengan SAS ? Mereka nampaknya tidak berkepentingan dengan hal-hal berbau trick, tapi lebih siap dalam pengadaan alat. Misalnya terlihat dari dudukan lightingnya yang permanen. Dengan tiang yang terbuat dari pipa pralon yang bisa distel tinggi rendahnya. Dudukan tersebut dipasang di kanan kiri panggung wilayahnya yang masing-masing memuat tak kurang dari 24 lampu spot dan tiga buah blitz, sedangkan di belakang drum set dudukan itu memuat 16 lampu spot. Jadi total ada 64 buah lampu spot di sana. God Bless sendiri memasang lampu tidak pada dudukan yang permanen melainkan membuat dudukan darurat dari bambu yang dipasang di kanan kiri dan belakang panggung wilayahnya dan dibuat lebih tinggi dari dari dudukan punya SAS. Untuk soundpun demikian pula. SAS mempergunakan satu jenis merek untuk penampilannya itu, yaitu Lasika, sedangkan God Bless walaupun pada uji coba suaranya bisa dipertanggung  jawabkan, nampak kurang sreg dengan model menggusur berbagai macam merek  sound luar negeri yang digabung-gabung macam itu.

Atraktif
            Tanpa basa-basi  SAS yang terdiri dari Sunatha Tanjung pada gitar, Artur pada bas dan Syeh Abidin pada drums bersamaan dengan kelip kebyarnya lampu sorot menggebrak  panggung dengan isntrumental rock yang tidak keruan juntrungan pada awalnya. Penonton baru terhentak ketika Sun dengan gayanya yang khas menguak kedua kakinya meletakan ujung badan gitarnya diselangkangannya, sementara ujung yang lain menghadap ke atas mengarahkan nada-nada tegar yang dipetiknya menjadi lagu Garuda Pancasila. Dan Arthur mengimbanginya dengan gerakan yang tak kalah luwesnya dengan Sun yang kesemuanya itu membentuk atraksi duet yang menawan ditengah lagu Garuda Pancasila yang tampak gagah dengan aransemen semacam itu.
Gaya macam itulah yang sering diperlihatkan oleh SAS di atas panggung. Ada kalanya Arthur dan Sun berdiri sejajar didepan mike untuk mengucapkan liryc lagu, namun begitu selesai dengan urusan liryc, kembalilah mereka pada gaya semula. Hal ini terjadi pada lagu kedua dan ketiga misalnya yang masih sejenis dengan lagu pertama dalam nada yaitu rock model Jimi Hendrix. Baru pada lagu keempat mereka menguak cakrawala baru ketika  Arthur berucap : “Untuk lagu selanjutnya akan kami bawakan sebuah lagu  dari Emerson Lake & Palmer. Untuk itu kami akan berganti formasi, saya pada keyboard dan Sun pada bas.
            Maka bergemalah Picture At Exhibition dari versi live  dari ELP  ketika mereka mengadakan  pertunjukan di Olympic Stadium Montreal di tahun 1979. Nomor ini bercorak klasik rock, panjang lagu lewat dari 10 menit dan berkesan mewah terutama lewat bunyi-bunyian keyboard yang mengangsur warna okestrasi. Namun eksistensi rocknya tetap terjaga baik  lewat bunyi-bunyian keyboard yang kerap melejit dari warna orkestrasi  menjadi agresif  ataupun dentuman bas dan gebukan drum di sana sini serta vokal Arthur yang lantang. Dan Arthur sempat mengembara dengan keyboardnya di sini, keluar dari jalur lagu dan menyodorkan sebuah lagu jazz “Take A Five” yang mendapat Applaus dari penonton.
            Usai dengan lagu ini, dengan tidak mempedulikan tetesan hujan SAS kembali pada formasi pertama dan Arthur dengan bas ditangan mencoba memancing reaksi penonton sebelum membawakan lagu “Stairway To Heaven”  dari Led Zeppelin. Dan mendapat reaksi positif sekali dari penonton. Lagu ini kemudian ditiru persis dengan versi live show Led Zeppelin di Madison Square Garden  New York pada tahun 76 sampai ke improve-improve  dari Robert Plant dan suara centil-centilnya juga digusur oleh Arthur yang  juga bertindak  sebagai vokalis.
            Selanjutnya adalah bagian Ucok AKA yang ditampilkan. Veteran Underground tahun 70 an ini membawakan sebuah lagu blues dengan menyebar gaya urakan sejak awal hadir di atas panggung dan gaya tersebut kerap terkesan over acting, seronok kadang kala jorok walaupun dengan itu ia semua membuat ia bisa berkomunikasi dengan penonton.

Hujan Lebat
            Karn Evil 9 First Impresion dari ELP adalah nomor selanjutnya dari SAS. Pada lagu ini Arthur kembali sibuk dengan keyboardnya dan jika pada nomor ELP sebelumnya ia sempat menyelipkan lagu Take A Five maka yang digusur kali ini adalah lagu Es Lilin dan Gambang Suling yang mendapat aplaus hangat dari penonton. Usai dengan solo keyboard, masih pada lagu yang sama  Arthur berpindah pada bas dan Sun pada gitar kembali yang selanjutnya menyodorkan solo bas yang memikat dari Arthur.
            Dengan gaya mencabik, mendentum, memukul dengan jari tangannya  bagian yang seharusnya dipetik ternyata tidak hanya mengundang penonton untuk bertepuk tangan, tapi juga mengundang hujan makin lebat.
            Dan hujan betul-betul menjadi lebat ketika bagian Arthur bersolo gitar. Ia nampak angker sekali dengan gaya berdiri dengan kaki terpentang dengan tangan sibuk memperlihatkan kemahirannya sementara hujan mendera tubuhnya dari langit dengan keras. Di bagian solo drum Syehpun penonton melihat pemandangan yang tak kalah menarik, yakni stick ditangannya tampak berlomba-lomba denngan air hujan menyentuh bagian-bagian yang harus dipukulnya, karena sinar lampu yang dipanggung tinggal 16 lampu spot yang  ada pas dibelakang drumset, teknisi mereka tidak mau ambil resiko memainkan lighting dalam suasana seperti itu.
            Sedangkan reaksi penonton ketika hujan menjadi bertambah lebat  tak kalah menariknya. Mereka bukannya menghindar tapi malah mendekati bibir panggung dan uniknya banyak di antara mereka yang mempergunakan kursi tempat duduk sebagai pelindung kepala dari hujan dengan cara membalikan kursi tersebut dan meletakan di atas kepala mereka. Hal yang sebetulnya tidak berarti banyak dalam melindungi tubuh mereka dari curah hujan. Tapi mereka rupanya tidak peduli, mulut merka tak henti-hentinya berteriak-teriak,  “terus, teus.” Sedangkan kursi (tangan) diacung-acungkan mengikut\i irama.
            Dan SASpun ternyata sudah kepalang basah dengan mengabaikan resiko yang cukup besar, yakni konsletnya alat-alat listrik yang melingkari mereka, maka usai Karn Evil 9 yang dibawakan seolah-olah tidak ada hujan itu, secara nonstop menggabungkan dengan lagu Superstar dari album Jesus Christ Superstar yang mendapat sambutan sama meriahnya baik dari hujan maupun dari penonton.
            Selesai Superstar kembali dipanggil Ucok AKA yang sebelum bernyanyi sempat mengajak penonton mengikuti hentakan intro musik lagu yang hendak dibawakannya. “Mari kita bertepuk tangan sambil sama-sama mandi,” katanya. Dan sebuah nomor rock hangat dihidangkan oleh Ucok, cukup panjang dan komunikatif hingga banyak di antara penonton yang menghentak-hentak badannya sepanjang lagu.

 Lagu dari Ucok sekaligus menjadi akhir dari show SAS. Dan mereka agak sulit meninggalkan panggung karena didesak untuk bermain terus oleh penonton. Tapi Ucok yang terakhir meninggalkan panggung dengan pandai mengalihkan penonton walaupun untuk itu dia harus menyudutkan rival mainnya. “Udah, kami udah dulu. Band sebelah mau main,” katanya berulang-ulang sambil menunjuk peralatan milik God Bless.
            Dan kenyataannya God Bless tak pernah main malam itu, walau mereka menyatakan siap main biar sampai pagipun daripada main dibawah hujan lebat macam itu karena, “Alat-alat kami banyak yang konslet, “ kata Ahmad Albar.
            Sayang memang duel meet antara dua grup super rock yang diharapkan menggelegar itu ternyata tidak terpenuhi. GB terpaksa mengaku kalah oleh curahan hujan. Tapi yang penting, toh masyarakat Indonesia masih merindukan show musik hingar bingar macam ini. Setelah kedua supergrup ini terkubur oleh berdayut-dayutnya musik yang meratap-ratap—mereka masih bisa muncul dengan sambutan luar biasa. Jadi tidak ada alasan untuk grup-grup rock untuk menggantungkan gitarnya dan beralih kejenis\ musik yang seirama dengan selera sebagian masyarakat yang justru diarahkan oleh para cukong rekaman.



Rabu, 10 Oktober 2012

eet sjahranie dan godbless


God Bless adalah grup musik rock yang telah menjadi legenda di indonesia. Dasawarsa 1970 bisa dianggap sebagai tahun-tahun kejayaan mereka.
Personil GodBless di era tahun 90an :
Foto Asli dan tanda tangan asli EET SJAHRANIE (Gitarisnya pada waktu itu)
Kondisi Foto bagus dan baik, tandatangan EET dibelakangnya.

Di Era 90-an
Setelah melewati masa vakum yang cukup panjang, tahun 1997, para personel God Bless, termasuk Eet Sjahranie dan Ian Antono kembali berkumpul. 'Workshop' yang mereka gelar di kawasan Puncak, menghasilkan sebuah album berjudul Apa Kabar. Namun reuni ini tidak berlangsung lama karena Eet secara resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri, Edane yang sejak tahun 1992 sudah merilis album perdananya, The Beast.

Walau tidak banyak merilis album, God Bless, dianggap merupakan legenda grup musik rock Indonesia karena dianggap sebagai pelopor yang memiliki kualitas bermusik tinggi. Sepanjang perjalanannya, grup ini mengalami 15 kali lebih pergantian personil yang disebut sebagai 'formasi', dan saat ini tinggal Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fattah Gagola (bass) yang masih dapat dikatakan sebagai personil aktif grup.

Selasa, 09 Oktober 2012

AHMAD ALBAR : DONNY FATTAH itu terlahir sebagai pemusik

Kabar menggembirakan datang dari salah satu pemain band rock legendaris God Bless, Donny Fattah, pembetot bass yang sempat beristirahat panjang akibat terkena serangan jantung. Kini kondisinya sudah mulai membaik, bahkan sudah bisa berlatih kembali.

"Sudah, alhamdulillah sudah mulai membaik. Dia sudah comeback latihan lagi dengan kami," ujar Ahmad Albar, vokalis berambut kribo di The Platters Cafe, Setia Budi Building, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (26/6).

Menurut Iyek, sapaan akrabnya, meski belum boleh berlatih terlalu lama, musik adalah semangat untuk Donny agar cepat pulih. "Dia terlahir sebagai pemusik, semangatnya enggak bisa ditahan. Saya yakin semangat ini yang membantu untuk kesembuhannya," ujarnya.

Selama Donny absen membetot bas di aksi panggung God Bless, bukan berarti Iyek bersama Ian Antono (gitar), Yaya Moektio (drum) dan Abadi Soesman (keyboard) ikut vakum bermusik. "God Bless tidak terpengaruh, kan selama ini kami bisa manggung dengan additional bassist. Namanya Aria, dia pemain bas dan guru musik, orangnya juga asik, jadi pas lah buat menggantikan Donny sementara," jelas sang vokalis.

Satu hal yang mengejutkan Iyek, sementara God Bless manggung dengan additional bassist, Donny tak mau ketinggalan untuk ikut beraksi. "Donny sempat datang ke Cikarang pas God Bless manggung, dia main di dua lagu terakhir. Jadi dari awal Aria yang main, terus sisanya diisi Donny, dia dua lagu saja," kata Iyek.

Minggu, 07 Oktober 2012

( GODBLESS kotak kotak ) godbless membuat jokowi berasa muda kembali


Ahok.Org – Joko Widodo dikenal sebagai sosok pencinta musik rock, metal, dan cadas. Ketika God Bless menyanyikan lagu “Rumah Kita” spesial untuk Jokowi, calon gubernur DKI Jakarta itu mengaku merasa muda kembali.




           “Saya sangat suka musik rock, makanya saya ke sini. Penampilan God Bless membuat saya kembali seperti muda lagi karena musik tidak dapat dimungkiri lagi sudah jadi bagian hidup saya,” kata Jokowi yang selalu tersenyum saat acara halalbihalal di kediaman Dimas Wahab (pentolan band Medenasz), Lebak Bulus, Jakarta, Minggu (9/9/2012) malam.
Pada acara halalbihalal tersebut hadir Ernie Djohan, Camelia Malik, Jelly Tobing, Deddy “Miing” Gumelar, Yopi Item, Sandro Tobing, dan grup band Bragi.
Para artis lintas generasi tersebut masing masing menyumbang lagu untuk meramaikan acara. Ernie Djohan sempat menyanyikan lagu “Kau Selalu di Hatiku”, sedangkan Jelly Tobing menyanyikan lagu dari Queen, “I Want To Break Free”.


          “Kami tampil khusus untuk Jokowi, lagu (‘Rumah Kita’) ini spesial untuk Jokowi,” ujar Ian Antono.
Pada kesempatan tersebut, God Bless yang merupakan grup rock legendaris menghibur masyarakat dengan lagu-lagunya yang tersohor, seperti “Rumah Kita”, “Panggung Sandiwara”, dan “Syair Kehidupan”. Pentolan God Bless semuanya hadir dalam acara ini, yaitu Ian Antono, Ahmad Albar, dan Donny Fattah.
Penampilan spesial God Bless tidak hanya menghibur Jokowi, tetapi juga berhasil membuat para peserta halalbihalal ikut bernyanyi dan bergoyang.


         “Kami kagum dengan sosok Jokowi yang bersahaja. Kami dari God Bless yakin Jokowi bisa memberikan pembaruan bagi Jakarta. Selain itu, kan Jokowi juga suka musik, jadi saya dukung. Karena musik, orang jadi awet muda dan muda itu berarti energik dan kreatif, itulah Jokowi,” kata Ian lagi.
Jokowi tampak sangat menikmati lantunan lagu rock God Bless. Sesekali dirinya keliling mendatangi para peserta halalbihalal. Hal yang menarik adalah para artis 80-an berlomba-lomba berfoto dengan Jokowi.

Rock n Roll Fantasy pesta Rock Band '' RIF & GODBLESS''





Wih serunya.............

alasan kenapa TEDDY SUJAYA hengkang dari GODBLESS



Teddy Sujaya bukanlah sosok pelit informasi, sebagaimana banyak orang menduganya. Sebaliknya, dia sangat terbuka dan enak diajak ngobrol. Lama kita ngobrol sekitar 1 jam-an, mulai jam 9-an, mulai dari hal ringan sampai hal sensitive yang menjadi misteri dari perjalanan group yang ’pelit album’ tersebut. Bahkan tendengar suara kecipak air dibelakangnya, sepertinya dia ngobrol dengan saya di’sambi’ renang , mandi atau mungkin kencing ?

Sebelum saya menguraikan alasan mengapa Teddy Sujaya keluar dari God Bless, saya ajak anda mengingat sosok drummer God Bless tersebut.

Kualitas skillnya tidak lagi perlu kita perdebatkan, debutnya selama lebih dari 30 tahun di dunia seni musik telah membuktikan semuanya. Selain di God Bless, kontribusinya dalam menggosok intan berkabaret yang sekarang sudah Go Internasional, Anggun Cipta Sasmi masih lekat dalam ingatan kita . Hits seperti Mimpi, Tua-tua Keladi, Bayang Ilusi, dan Nafas Cinta adalah ciptaan Teddy Sujaya yang membuat Anggun menjadi Lady Rocker yang sangat disukai saat.

Kendati bukan drumer pertama (sebelumnya ada Fuad Hasan), atau bukan satu-satunya penggebuk drum (karena ada drumer lainnya, seperti : Gilang Ramadhan, Inang Noorsaid, Jelly Tobing, Yaya Moektio, dan Fuad Hasan), tetapi Teddy adalah drumer yang terbukti sangat setia menemani kelahiran SEMUA album God Bless. Bahkan dialah DRUMER SEJATI God Bless, karena drumer lainnya tidak pernah menelorkan satu album-pun sebagaimana dia. Teddy-lah yang turut juga mengendong orok album miskram God Bless yang mati suri pada tahun 2004.

Sebagaimana Queen, God Bless ’formasi lima album’ memiliki kelebihan bahwa semua anggotanya adalah penulis lagu. Karenanya melalui lagu : Musisi, Trauma, Raksasa, , Apa Kabar, dan Serigala jalanan, Teddy Sujaya telah membuktikan sumbangsihnya di album-album yang menjadi artefak sejarah musik rock di tanah air itu.

Lalu dengan bukti-bukti kongkrit kesetiannya pada God Bless, sungguh sangat tidak masuk akal bila ia harus memutuskan keluar dari God Bless pada tahun 2004. Ada rahasia apa dibalik semua itu ? Benarkah Teddy Sujaya sudah tidak dianggap oleh teman-temannya ? Seberapa beratkah persoalan mereka, hingga sejawat telah menjadi orang lain ?

Kembali ke persoalan Teddy Sujaya yang memutuskan keluar, dari God Bless sehingga harus digantikan Yaya Moektio (eks Cockpit dan Gong 2000). Ternyata menurut pengakuan Teddy, persoalannya justru bukan bersumber dari hubungannya dengan anggota God Bless yang lain. Bahkan pasca keluar dari God Bless pada tahun 2004, Teddy pernah menggarap album solo Yik. Bahkan pernah kumpul bersama pada tanggal 19 desember 2008 kemarin, saat taksiyah wafatnya Ibunda Hj. Suryati. (ibu Jockie Suryo Prayogo), demikian kata Teddy memperkuat alasannya.

Tapi bukankah ketika malam penghargaan Immortal itu, justru Iman fattah yang berinisiatif mencairkan suasana memaksa menarik Teddy Sujaya ke atas panggung ? Mengapa bukan Ian Antono, Achmad Albar atau Donny Fattah ? Suasana ’reuni’ di Rolingg Stone memang sangat tidak mengenakkan, kurang akrab sebagaimana sahabat lama, dan itu dapat dirasakan oleh Teddy Sujaya (begitu pula yang dirasakan Jockie Soeryo Proyogo sebagaimana yang diceritakan kepada saya). Lalu mengapa kontradiktif ? Menurut khusnudzon Teddy, hal tersebut kemungkinan disebabkan 2 (dua) alasan. Yang pertama karena menjaga perasaan dan penghormatan kepada : Abadi Soesman dan Yaya Moektio. Sedangkan kemungkinan yang kedua karena disebabkan kondisi itu dusebabkan faktor lain, yaitu dari manajeman God Bless.

Lalu kalau bukan bersumber dari mereka (anggota God Bless lainnya), darimana persoalan itu berangkat ? Ada asap, pasti ada apinya !! kata saya mencecarnya mengharap jawaban jujur Teddy Sujaya. Jawaban yang tidak sekedar lip service atau normatif karena sungkan sama Ian, Yik atau Donny.

Persoalan besar yang menyebabkan Teddy Sujaya keluar dari God Bless adalah ketidak-cocokannya dengan Log Zhelebor, produser yang menangani God Bless saat itu. Pasca lahirnya album Raksasa (1989), God Bless masih memiliki kontrak album rekaman. Maka mulailah mereka menggarapnya, bahkan seingat Teddy, ia sempat menggebuk perangkat drum-nya sebanyak 6 (enam) lagu.

Disinilah persoalan mulai timbul. Menurut Teddy Sujaya, Log mulai meremahkan ’kebesaran’ nama God Bless dengan selalu tidak memperhatikan proses rekaman God Bless. Log tidak focus. Saat itu Ong Oen Log lebih menganak-emaskan Jamrud yang tengah menggarap album B.18+ Karena merasa diremehkan maka menyebabkan kemarahan Teddy Sujaya naik diubun-ubun, terjadilah pertengkaran keras antara keduanya. Pembicaraan memanas, Teddy jengkel, maka keluarlah kalimat keras Teddy Sujaya kepada Log Zhelebor : Saya keluar dari God Bless !!!

Kalimat keras yang sungguh mencerminkan jiwa corsa, dan ekspresi rasa sayang Teddy pada nama besar God Bless. Tapi sayang hal tersebut justru ditanggapi dingin oleh anggota lainnya saat itu. Teddy merasa sendirian. Semua temannya membisu, tidak ada yang membelanya untuk berhadap-hadapan dengan kesewenangan Log !!

Kelak akhirnya mereka sepakat memutuskan untuk tidak melanjutkan proses album tersebut, karena dengan alasan tidak layak untuk diedarkan.dan dilanjutkan. (album ini pula yang memicu keluarnya Jockie ? )

Ucapan itu telah terlontar. Teddy Sujaya telah memutuskan. Sebagai seorang satria pantang menjilat ludah sendiri, maka Teddy Sujaya-pun meninggalkan band yang dia bangun dengan keringatnya sendiri selama 30 tahun.

Teddy ..... we love u !!!!! God bless wit u

Sabtu, 06 Oktober 2012

keke sempat tergila gila dengan sang VOCALIS

Keke mengakui sulit baginya untuk melupakan Iyek. Bagi wanita kelahiran Jakarta, 4 Desember 1973 ini, duda beranak tiga yang usianya jauh lebih tua itu mempunyai arti tersendiri dalam hidupnya. Banyak hal yang didapat Keke dari Iyek, ia pula yang membuat Keke lebih matang. "Makanya bagi saya susah melupakannya begitu saja," ujar dara cantik yang pernah ditentang oleh orang tuanya saat jalan bareng dengan Iyek ini.



Hubungan Cut Keke dengan Iyek beberapa tahun silam memang sangat lengket. Keduanya dikabarkan memendam cinta yang sangat dalam sehingga sulit untuk terpisahkan. Sayangnya, hubungan itu tidak mendapat restu orangtua Cut Keke. Perbedaan usia yang cukup jauh dan status Iyek yang duda ditengarai menjadi sebab mengapa hubungan itu tidak mendapat restu.

Meski banyak rintangan yang dihadapi, namun toh baik Cut Keke maupun Iyek berusaha untuk bertahan. Bahkan keduanya dikabarkan sempat tinggal bersama di sebuah rumah di kawasan Sentul guna menghindar dari sorotan publik. Soal kabar ini, kepada sejumlah media, ketika itu Cut Keke sempat membantahnya dengan tegas. "Itu hanya gosip. Kami tidak pernah tinggal bersama di Sentul. Jadi tolong jangan buat berita macam-macam," kata Cut Keke.

Kisah seputar asmara Cut Keke dan Ahmad Albar memang menjadi berita heboh di kisaran tahun 1996 - 1997. Ahmad Albar yang menjadi salah satu motor grup musik Godbless dan Gong 2000 kala itu memang belum lama cerai dengan istrinya, Rini S Bono setelah menikah 15 tahun.

Meski usia Iyek saat pacaran dengan Keke 50 tahun, namun sebagai laki-laki Iyek masih memiliki daya tarik tersendiri. Ungkapan makin tua makin bersantan, tampaknya pantas ditujukan pada dirinya. Aksi panggungnya yang memukau kerap membuat histeris penggemar wanitanya. Nah, Cut Keke menjadi salah satu penggemar yang tergila-gila pada Iyek. Groupis, demikian istilah untuk para wanita yang tergila-gila pada rocker. Dan ketika itu, penyanyi kribo yang memangkas pendek rambutnya ini mengatakan, "Saya tidak canggung dengan usia."

Iyek dan Cut Keke kala itu memang terkesan sulit untuk dipisahkan. Soalnya, ke mana saja Iyek pergi, Cut Keke selalu ada di sampingnya. Juga waktu Iyek manggung di sejumlah kota bersama Godbless. Tak heran, kedekatan Iyek dengan Keke menjadi perhatian dan bahan berita yang menarik. Selain perbedaan usia yang mencolok (ketika itu Keke baru 23 tahun, sedangkan Iyek, 50 tahun), terdengar kabar hubungan keduanya tidak direstui orang tua Keke.

Tapi ketika itu keduanya mengatakan, "Kalau jodoh di tangan Tuhan." Artinya, hubungan aktris terbaik sinetron 1995 ini dengan Iyek memang serius. Tak sekadar jalan-jalan biasa lagi. "Saya tidak bisa pastikan, semua ada di tangan Tuhan," tandas Iyek.


SENANDUNG UNTUK SAHABAT

Sosoknya tinggi kurus. Usia yang semakin merambat tua, membuat rambut di kepalanya semakin menipis. Namun demikian, semangat bermusiknya tak pernah surut. Dia masih lincah di atas panggung, tak kalah dengan pemusik remaja masa kini. Penampilannya khas dengan ikat kepala dan sepatu kets. Dialah Donny Fatah, pemain bas grup band legendaris God Bless. Bersama Achmad Albar dan almarhum Fuad Hassan, dia merupakan salah seorang pendiri grup band tersebut.

Kini, dia usianya yang memasuki 62 tahun, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, pada 24 September ini, terpaksa istirahat sejenak dari dunia panggung. Dia didiagnosa menderita penyakit jantung. "Awalnya dia mengeluh pusing, bahkan hampir pingsan," kata Diah Pitaloka, istri Donny, di sebuah kafe di kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Jumat (10/2).

Donny sempat dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan di sana. Sekarang kondisinya berangsur pulih dan sudah diperbolehkan pulang. Rekan-rekannya sesama musisi datang menjenguk. Bahkan, mereka mengadakan malam solidaritas untuk Donny di kafe di kawasan Ampera tersebut.

Melalui acara yang bertajuk "Dari Musisi untuk Musisi" , mereka menggalang dana untuk pengobatan Donny melalui pertunjukan musik. Mereka yang tampil berpartisipasi antara lain Iwan Fals, Yockie Suryoprayogo, Teddy Sujaya, Yaya Muktio, Ikang Fawzi, Eet Sjahrani (Edane), D'Masiv, Geisha, Elpamas, Powerslaves, Seven Years Latter bersama Doddy Katamsi, Bangkit Sanjaya, Gigi, Piyu 'Padi', Bagus (Netral), Iwang Noorsaid bersaudara, dan lain-lain.

Sebagian besar di antara musisi tersebut membawakan nomor lawas milik God Bless sebagai bentuk penghormatan. D'Masiv, misalnya, membawakan Huma di Atas Bukit dengan versi akustik. Seperti halnya D’Masiv, Raksasa band yang lahir jauh setelah era God Bless, juga membawakan lagu milik band legendaris tersebut yang kebetulan berjudul Raksasa. Gitaris band ini kebetulan juga putra Donny yang bernama Iman Fatah.

Tak hanya musisi junior, Elpamas band asal Pandaan, Malang, Jawa Timur juga ikut sumbang suara. Baruna sang vokalis band ini dengan apik melantunkan Balada Sejuta Wajah sembari diiringi petikan gitar akustik Totok Tewel.

Sebelumnya, Iwan Fals juga didaulat ke atas panggung. Lagu berjudul 'Lekas Sembuh' meluncur dari si pelantun Oemar Bakrie ini. Lagu itu memang sengaja dinyanyikan Iwan sebagai harapan supaya Donny lekas sembuh dari penyakitnya. Iwan memang punya kedekatan emosional dengan Donny. "Saya kalau dekat dia merasa tenang. Karena dia orangnya tenang," ucap Iwan.

Donny memang berpembawaan tenang. Sosoknya bahkan sangat bersahaja. Dibanding para personel God Bless lainnya, penampilannya di luar panggung tergolong pendiam. Namun begitu, dia ramah kepada siapa saja dan tak pernah menempatkan dirinya sebagai musisi tenar. "Wah kita semua manusia sama saja, mas," ujar Donny dalam perbincangan dengan Koran Jakarta, di studio milik Ian Antono, di Cibubur, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Menurut Yaya Muktio, rekan Donny yang juga drummer God Bless saat ini, koleganya tersebut rajin beribadah. Bahkan, kata Yaya, sewaktu dia berulang tahun Donny pernah memberinya hadiah terjemahan Alquran. "Biar saya bisa bacanya, saya kan nggak bisa baca huruf arab," terang Yaya.

Begitu lah sosok Donny. Dia amat dicintai rekan-rekannya. Terbukti dalam malam penggalangan dana itu, sejumlah musisi ikut hadir. Mereka berasal dari lintas generasi. Malam itu, dana untuk pengobatan Donny terkumpul sekitar 125 juta rupiah. "Kami sekeluarga ikut berterima kasih atas kebaikan teman-teman semua," ujar Diah yang didampingi Iman, putra Donny. Donny sendiri dalam pesan singkatya kepada Koran Jakarta, hanya berucap. "Terima kasih doanya. Salam saya sekeluarga." adiyanto        

God Bless, Macan Tua yang Masih Garang

          Menakjubkan. Kalaulah saja Kamis (10/8) pukul 23.00 Anda datang ke panggung Gudang Garam Music Festival di Mega Expo Jateng 2006, kompleks PRPP, Tawangmas, Semarang Barat, barangkali kata sama bakal terlontarkan. Bisa jadi mata, telinga, dan tubuh Anda akan berpadu padan dengan lantunan tembang yang dibabar grup band kawakan, God Bless.


        Ya, semalam grup band yang dipunggawani Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor), dan Yaya Muktio (drum) itu menujukkan kepiawaiannya. Kendati hampir semua personelnya berusia lebih dari setengah abad, kecuali Yaya Mukti (43) yang menggantikan absennya Gilang Ramadhan, mereka tak kehilangan semangat. Penampilan mereka benar-benar memikat.
Menyimak penampilan God Bless, bak membuka lembar demi lembar buku yang tebal. Di mana di dalamnya termaktub kata-kata yang terangkai menjadi kalimat yang dahsyat, kendati telah usang. Lihat saja saat tembang-tembang mereka seperti "Musisi", "Bla Bla Bla", Syair Kehidupan", "Huma di Atas Bukit", "Semut Hitam", atau "Kehidupan", dilantunkan.
Ratusan penonton yang sebagian besar adalah penggemar fanatiknya, tak henti-henti berteriak histeris. Seolah saling melepas kerinduan yang teramat mendalam. Tidak saja berjingkrak, ratusan penonton turut pula menyaut tiap kali Iyek, panggilan akrab Ahmad Albar, melantunkan bait demi bait lirik tembang legendaris mereka.


      Rupanya hal itu disadari betul oleh Iyek. Para personel grup band yang sempat merajai panggung-panggung pertunjukkan era tahun 1970-an itu, tahu benar penggemarnya menanti aksi mereka di atas panggung. Maklum saja, sudah beberapa tahun God Bless tak singgah di Kota Semarang.
Jadilah perhelatan semalam menjadi semacam konser klangenan antara God Bless dan penggemarnya. Terlebih, penampilan Yaya Muktio sebagai personel pengganti Gilang, mampu mengimbangi permainan Ian Antono, Donny Fatah, dan Abadi Soesman. God Bless tetaplah sebagai grup band yang beraliran rock klasik.




     Melihat penampilan mereka semalam, justru Yaya mulai menyatu dengan permainan yang dimiliki God Bless. Di tangan Iyek, Donny Fatah, dan Ian Antono, God Bless tetap berdiri kokoh bagai 'karang', kendati pernah mengalami kevakuman beberapa tahun lamanya.
Grup band kawakan itu tetap menjadi legenda bagi perjalanan musik rock di tanah air. Mereka masih tetap tegar bagai macan tua yang garang di atas panggung. Iyek masih lantang tatkala melantunkan tembang "Sejuta Wajah", "Menjilat Matahari", dan "Rumah Kita", meski sesekali tersengal-sengal dengus nafasnya.
Petikan maupun sayatan gitar Ian Antono masihlah terlihat dahsyat. Permainan gitar Ian masih mempunyai ruh. Sedangkan Donny Fatah, betotan basnya nyaris tak mengalami perubahan berarti dibanding dua puluh tahun silam. Demikian halnya Abadi Soesman, suara dari kibornya mampu masuk ke sela-sela jeda permainan musik yang dimainkan.


     Sementara Yaya Muktio, sebagai personel yang lebih muda, gebukan drumnya mampu menjaga ritmis tembang yang terlantunkan. Ya, God Bless terlampau sulit dicari tandingannya, oleh musisi muda sekalipun. Meski "macan tua", mereka masih garang

GODBLESS kita tak lagi muda

     Achmad Albar menatap panggung. Wajahnya tampak tegang, matanya lurus menatap rekan-rekannya yang sudah lebih dulu beroleh riuh tepukan di bawah terang lampu sorot. Tangan kirinya bertumpu di pinggang, sementara tangan satunya menyandar ke tembok.
Sebelumnya, ia tampak melakukan pemanasan, bersenam, melemaskan kepala, pinggang, dan kakinya. Sebentar melompat-lompat sambil menunggu rekan-rekannya selesai menala nada pada alat musiknya. Grogi? “Ya, selalu ada rasa demam panggung ketika kembali naik panggung,” kata Iyek, panggilan akrabnya.

       Saat asap es kering mengepul tebal, Iyek pun beranjak naik ke panggung. Tepuk sorak kembali membahana. Dia mengangkat kedua tangannya, menyapa ratusan penonton di kantor majalah Rolling Stone Indonesia, Kamis malam lalu.
Inilah penampilan khusus God Bless. Para audiens memadat di depan panggung, terdiri atas musisi berbagai angkatan, selebritas, wartawan, bahkan pekerja tayangan infotainment. Sebelum God Bless tampil, panggung silih berganti diisi penampilan musisi, seperti Fariz R.M., Indra Lesmana, dan Glenn Fredly.
Hangat. Atraktif. Itulah yang tergambar dalam penampilan mereka. Iyek, misalnya, seperti biasa, tetap melompat-lompat di panggung. Mereka membawakan sejumlah lagu. Tentu saja lagu-lagu itu mengingatkan penonton pada perjalanan God Bless.


      Lagu Huma di Atas Bukit, misalnya. Ini adalah lagu lama, diciptakan pada 1970-an. Lagu ini masuk album mereka yang bertajuk God Bless pada 1975. Boleh jadi, lagu ini, termasuk lagu-lagu lainnya, mengantarkan kenangan tersendiri bagi penggemarnya.
Mereka tidak ada duanya. Tidak tergantikan. Mereka tetap tampil prima. Padahal mereka sudah tidak muda. Achmad Albar sudah 62 tahun. Ian Antono, sang gitaris, sudah 58 tahun. Begitu pula Donny Fattah (bas), Yaya (drum), dan Abadi Soesman (keyboard).
Dengan semangat yang tetap menyala itulah, tahun depan, mereka akan merilis album baru. Ini rencana lama yang belum terwujud. “God Bless mau bikin album lagi setelah sekian lama absen, kangen juga,” ujar Ian beberapa bulan lalu kepada Tempo.
Kini rencana itu makin menguat. God Bless tengah menggodok materi album itu. “Hidup kami memang musik. Kalau bukan musik, apa lagi? Kita nggak bisa kerja di kantor,” kata Ian di sela-sela konser Kamis malam itu.


   Rencananya, ada 12 lagu mengisi album tersebut. Semua baru. Sebelumnya, sempat ada pemikiran memasukkan dua lagu lama dalam versi artistik, tapi tidak jadi. Karya terbaru itu juga untuk menghangatkan semangat rock sekaligus membawa nuansa baru. “Ini kesempatan terakhir kami membuktikan,” Ian menambahkan.
Kata dia, album baru condong ke Cermin, cenderung progresif, dengan satu-dua lagu berdurasi panjang. “Saya yakin masih banyak peminat progresif. Yaya (Yaya Moektio, drum) sudah adaptasi selama beberapa tahun ini. Beat dia lebih kaya,” kata Ian.
Malam itu Yaya menunjukkan sedikit beat progresifnya. Misalnya saat menemani melodi Ian pada lagu Rumah Kita dan tendangan pedal-ganda di sepanjang lagu Kehidupan. Selain itu, kata Ian, mereka juga memasukkan unsur etnik di keyboard.
Sejumlah harapan pun disandarkan. “Di album terbaru, saya berharap mereka tetap jadi God Bless. Ini saya nungguin,” kata Fariz. “Semoga ada warna baru kembali di album terbaru,” tutur Ebiet G. Ade. Sedangkan Ari Lasso berkata: “Mudah-mudahan bisa mewakili dan membayar kerinduan saya selama ini kepada God Bless.”
Malam itu God Bless tetap menunjukkan diri sebagai God Bless yang dulu. Iyek, misalnya, meski tak bisa menutupi kelelahannya (mereka tiba di Rolling Stone sejak hari terang dan baru manggung sekitar pukul 23.00), tetap berusaha tampil prima. Beberapa kali ia terpeleset di nada-nada tinggi dengan kekuatan suara besar.
Setelah beberapa lagu, Iyek pamit kepada penonton. Audiens tak rela rupanya. Para personel sudah hendak beranjak. Mereka tampak berunding di panggung. Ian Antono menjawab dengan petikan gitar. Huma di Atas Bukit pun dilantunkan. Lalu Panggung Sandiwara.
Tak lengkaplah God Bless tanpa Semut Hitam, yang diteriakkan sejumlah penonton. God Bless mengabulkannya sebagai lagu terakhir. Malam itu semua kembali ber-rock ‘n’ roll. Penonton ikut bergoyang, bahkan ada yang berjingkrak-jingkrak.

Semut hitam
Semut hitam…

Jumat, 05 Oktober 2012

album '' SEMUT HITAM'' ini sempat menggebrak gelegar rock tanah air

Bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan grup band yang satu ini. Godbless! Ya! Grup band yang satu ini merupakan grup band rock legendaris yang namanya masih terdengar hingga saat ini. Sempat beberapa kali bongkar pasang personil, akhirnya Godbless sekarang beranggotakan 5 orang dengan formasi :
-    Achmad Albar : lead vokal
-    Ian Antono : backing vokal, lead guitar
-    Donny Fattah : backing vokal, bass
-    Teddy sujana : drum
-    Jockie Surjoprajogo : keyboard

    Dan dalam posting kali ini saya akan membahas tentang album Godbless yang bertemakan Semut Hitam.

    Semut hitam adala album ke-3 yang dirilis oleh grup misik legendaris godbless, Album ini dirilis dengan jarak waktu yang cukup lama dari album terakhir yang berjudul cermin. Comeback mereka ini menorehkan prestasi yang luar biasa. Album ini meledak di pasaran dan menjadi album terlaris  Godblesss panjang sejarah. Sukses album ini antara lain berkat lagu andalan album ini berjudul Kehidupan yang langsung berhasil menggebrak setelah dirilis. Sukses single ini dilanjutkan oleh hits berikutnya dari album ini yaitu Rumah Kita. Album ini berhasil mengangkat kembali nama Godblass ke puncak popularitas, sekaligus menjadi motivator bagi banyak kelompok rock yang kemudian muncul pasca sukses God Bless saat itu.

Berikut ini adalah lagu-lagu dalam album Semut Hitam:

Side A
1.    "Kehidupan"
2.    "Rumah Kita"
3.    "Semut Hitam"
4.    "Damai Yang Hilang"
5.    "Orang Dalam Kaca"

Side B
1.    "Ogut Suping"
2.    "Suara Kita"
3.    "Badut-Badut Jakarta"
4.    "Trauma"
5.    "Bla... Bla... Bla..."

Kamis, 04 Oktober 2012

ini baru lagu

http://www.youtube.com/watch?v=nZ4jkbLfGTw

MENANTI KEJUJURAN

Cuma Karcis Doank.... '' tapi liat dulu ini karcis apa ''


         pokoknya yang berbau godbless sikat gan......
karcis tahun 80' an tuhh ( langka )

memapar Achmad Albar









meski band '' TUA '' semangat rock GODBLESS tak luntur

Melihat band-band rock baru yang bermunculan saat ini rasanya kurang menggigit. Iya, tidak seperti grup rock legendaris Indonesia, Gob Bless yang meski lama tak terdengar namanya tetap jaya dan diingat. Wajar saja kalau mereka menjadi salah satu patokan grup rock terbaik yang bisa dibanggakan.

Meski usia tak bisa ditutupi, Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Yaya Moektio dan Abadi Soeman saat sedang berada di atas panggung bisa mengalahkan semangat anak muda. Passion rock sudah mendarah daging bagi mereka terlihat di penampilannya hari kedua perhelatan festival musik rock, Java Rockinland 2011.

Hampir semua penonton di Pantai Carnaval Ancol menunggu penampilan God Bless. Setengah jam sebelum mereka main, area panggung sudah dipadati penonton. Dan di jam 18:15 God Bless pun keluar yang diawali lagu Syair.

Tampil sangat kasual, Achmad Albar menyapa penonton dan bangga bisa tampil di JRL 2011 ini. Membawakan beberapa lagu yang pernah menjadi hits seperti Rumah Kita dan Panggung Sandiwara, band rock era 70-an ini sungguh luar biasa!

Asiknya lagi, dalam penampilannya di hari kedua JRL 2011, penonton disuguhkan instrumen tradisional serta penampilan Jalu memainkan gendangnya. Iya, semua penonton terhipnotis dengan semangat rock mereka yang tak pernah luntur.

PERJALANAN TIADA AKHIR

Pada era dekade 1970-an Kota Jakarta sebagai Ibukota negara banyak melahirkan group-group band antara lain,God Bless, Gypsy, Bigman Robinson,Fancy
,Bad session, Rasela, Zonk,Hookerman, Equator Child,Ireka Lime Stone,Cockpit Rhadows dll namun hanya ada beberapa saja yang menonjol pementasannya di panggung  dan tercatat dalam sejarah musik rock di Tanah Air seperti :

Hanya Dengan Sekali Gebrak
Mungkin kalimat itulah yang pertama ada dibenak Achmad Albar manakala dia kembali dari pengembaraannya di negeri kincir Belanda  dan sukses membentuk group Clover Leaf disana, dan setelah sepuluh tahun di Belanda  dia-pun  kembali ke Indonesia serta mengajak iparnya Fuad Hassan dari The Pro’s . Bersama Ludwig Le mans, gitaris Clover Leaf, bandnya Iyek (panggilan akrab Achamd Albar) ketika masih di Belanda, Iyek lalu mengajak Fuad Hassan ( ex The Pro’s,Drum), Donny Fattah (ex Fancy,Bass) dan Yongkie yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Yockie Suryoprayogo (ex  Zonk & Fancy,Keyboard) untuk membentuk sebuah band dengan nama Crazy Whells yang lalu berubah menjadi God Bless sebuah nama yang berasal dari kartu ucapan natal sebagai nama group mereka dan formasi ini langsung stationing di Puncak untuk berlatih. Tanggal 5-6 Mei 1973, untuk pertama kalinya God Bless tampil di depan  Theater Terbuka Taman Ismail Marzuki dengan berekperimen berbagai macam kemunculan termasuk dengan menggunakan peti mati . Selain itu Albar menggunakan mayat hidup yang membawakan lagu nurlela adalah sebagai semacam peringatan bagi pemusik-pemusik yang bisanya hanya “membeo” dan menerima apa adanya. Scahmmy Tampangoema yang menjadi setan laki-laki dalam  pementasan God bless bertanya kepada Ahmad Albar, mengapa memakai peti mati dan mayat. Schammy mendapat jawaban bahwa hal itu dilakukan hanya sekedar meramaikan pertunjukan saja .Hanya dengan sekali gebrak  penopnton Jakarta sudah dapat ditundukkan, pementasan itu mendapat sambutan yang sangat antusias dari para remaja Ibukota saat itu karena baru kali ini mereka mendapatkan pertunjukan rock yang lain, elite dari segi performa  maupun atraksi panggung.

Yongkie Cabut !.
Namun  tidak lama setelah itu, Yongkie keyboardist berbakat yang mereka andalkan keluar dan hijrah ke Bandung bergabung dengan Benny Soebardja dalam membentuk group Giant Step dan posisinya digantikan oleh Deddy Dores keyboardist Freedom of  Rhapsodia yang penampilan dan gaya panggungnya memang first class, Deddy ditarik Albar untuk memperkuat God Bless .


                  God Bless Formasi  II 1973, formasi yang paling digandrungi para remaja



Formasi  II ini pada tanggal 16 Agustus 1973 diuji dengan mengikuti pentas musik Summer 38 acara ini berkaitan dengan HUT RI yang ke 38  semacam pentas Woodstock  ala Indonesia di Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan  yang diikuti berbagai group dari Indonesia, Malaysia dan Philipina.Pada malam itu sempat terjadi pula kerusuhan pada pementasan musik tersebut karena sebenarnya pagelaran akbar itu bukan pementasan musik rock semata oleh karenanya ada band-band lain seperti The Gangs Of Harry Roesli, The Rollies,The Singers, Los Marenos dan God Bless serta group lainnya, tetapi karena  banyaknya group  rock yang tampil dan menyebabkan citra musik rock sangat kuat dalam pementasan itu, God Bless berhasil memikat hati para penonton dengan muka dicoreng-moreng warna-warni ala hippies mereka menggebrak panggung dengan leluasa karena mereka mendapat sambutan yang meriah dari penonton. Pada malam itu perhatian penonton nyaris tertuju hanya pada group elit  yang di gawangi oleh si kribo Achmad Albar yang begitu dahsyat  menghipnotis perhatian kaum muda dengan permainan dan gaya panggungnya.
Keberhasilan God Bless malam itu seolah-olah menenggelamkan sajian musik dari group musik Fly Bait dari Singapura yang tampil seadanya tanpa permainan yang greget- tanpa keistimewaan yang diharapkan penonton sebagai band luar negeri hal ini menciptakan salah satu penyebab kerusuhan di malam itu.
Kerusuhan = Salah Satu Alat Publikasi
Namun bukan itu saja kerusuhan yang terjadi waktu God Bless manggung . Ketika pertunjukan God Bless di lapangan basket kota Malang pada tanggal 4 Agustus 1974 dalam rangka tour pertunjukannya ke Jawa Timur memakan korban luka-luka. Banyak dari penontonnya yang rata-rata adalah kaum muda berdesak-desakkan ingin masuk lebih dahulu ke dalam lapangan, sehingga penonton yang berada pada bagian depan yang sudah berada di pintu bagian depan berjatuhan tidak kuat menahan desakan dari belakang. Pihak panitia dan keamanan tidak kuasa membendung arus penonton yang datang begitu banyak ke tempat tersebut. Walaupun pertunjukan musik God bless belum dimulai, tetapi korban yang jatuh sekitar 20 orang lebih dan banyak di antara mereka tidak sadarkan diri. Melihat seringnya terjadinya kerusuhan penonton dipertunjukan musik,Ahmad Albar menyatakan , ”Saya tidak mengerti, mengapa penonton suka membuat keributan, tetapi berdasarkan atas laporan-laporan, kebanyakan yang buat keributan itu merupakan sebagian kecil penonton yang sengaja mencari keributan. Susah untuk memisahkan penonton yang sengaja menonton musik dengan penonton yang seperti itu.”
Pada formasi ini order manggung God Bless luar biasa banyaknya nyaris tidak tertangani karena banyak anak-anak muda penasaran ingin melihat massive-nya permainan gitar Ludwig Le Mans dan gaya Achmad Albar bernyanyi, keagresifannya Deddy Dores dibelakang keyboardnya, kedahsyatan gebukan Fuad  Hassan serta kelincahan permainan bassnya Donny Gagola di panggung.
Memang tidak dapat disangkal masing-masing individu di God Bless sangat solid permainannya dengan kemampuan diatas rata-rata disamping gaya panggung mereka yang sangat hidup yang dapat menghipnotis mata para penonton hingga tidak salah kalau saat itu dikatakan ‘God Bless is the best !’. Aktivitas group  hard rock ini  menjadi semakin padat dengan jadual pentas dibeberapa kota besar di Indonesia. Malahan, pada akhir Agustus ’73 di Gelora Saparua ,Bandung,group rock God Bless sempat tampil bersama group The Gangs Of Harry Roesli serta Band Bentoel (malahan kala itu, Ian Antono masih sebagai ‘drummer’ group rock asal Malang tersebut sebelum bergabung dengan God Bless pada tahun 1975).
Waktu itu Ahmad Albar dengan group-nya itu berkibar di atas panggung dengan membawakan lagu-lagu dari group musik Deep Purple, Led Zeppelin, Kansas, dan Yes. Dalam pertunjukan panggungnya Ahmad Albar berbeda dari Ucok AKA. Ahmad Albar dalam pertunjukannya ramah menyambut  lambaian setiap penonton yang ingin sekedar bersalaman, baik itu laki-laki maupun wainta, Albar memang sangat komunikatif dan  seorang yang familiar dengan para penontonnya.
Selain mempelopori penggunaan efek asap yang berasal dari dry ice di atas panggung, group ini juga banyak melahirkan ide-ide baru yang sederhana di atas panggung, misalnya penggunaan lonceng besar ala ELP yang diletakkan di belakang perangkat drum, pohon-pohon tiruan yang dibalut dengan timah yang memberikan suatu efek halusinasi yang berbau mistik. Seperti penampilan perdana mereka  di TIM dan dalam memperingati 100 hari wafat Fuad  Hassan dan Soman Lubis di Istora Senayan tahun 1974. God Bless memulai pertunjukan dengan suara disertai kepulan asap dari belakang drum serta gelembung-gelembung sabun yang beterbangan dari kipas  yang ada di atas pentas. Penggunaan Efek asap yang berasal dari dry ice juga dilakukan pada pertunjukan God Bless di Padang. Begitu juga dengan pertunjukan musik God Bless di Yogyakarta yang juga menggunakan efek asap dari dry ice dan kebanyakan lagu-lagu yang dibawakan dalam pertunjukan nyaris semuanya lagu-lagu berirama keras.
Tahun 1973-1975, boleh dibilang adalah masa puncak kejayaan God Bless di panggung. Kendati kerap mengusung lagu-lagu asing milik Deep Purple, ELP, Beatles, King Ping Meh, Queen, Edgar Winters , Jhonny Winters, James Geng, Yes hingga Genesis, dengan aksi panggung serta skill masing-masing porsonelnya  di atas rata-rata menjadikan setiap penampilangroup ini selalu dipadati penonton namun disayangkan Ludwig pulang kampong ketika God Bless sedang diatas puncak kejayaannya lalu Deddy Dores mengajak Soman Lubis untuk gabung ke God Bless kemudian Dores  menggantikan posisi  Ludwig memainkan guitar tapi tidak lama  berselang Deddy-pun cabut  juga dari God Bless, pulang pulang kandang dan masuk Giant Step, lalu masuklah Deddy Sutansyah yang baru hengkang dari Giant Step menggantikan posisi Donny yang menjadi lead guitarist. Soman pada keyboard hanya sebentar disana kemudian cabut dari God Bless  yang harus bongkar pemain lagi karena di samping Soman Deddy Sutansyah-pun cabut pula dari group hard rock  itu yang mana hal ini membuat Albar kelimpungan lalu dia mengajak Odink dan Debby Nasution untuk bergabung. Pada tahun 1974 Soman Lubis dan Fuad Hassan tewas tertabrak truk di Pancoran Jakarta Selatan akhirnya posisi Fuad digantikan oleh Keenan Nasution.

                   
                         Debby Nasution, Donny Fatah,Odink Nasution Fuad Hassan dan Iyek



Nasution Bersaudara ini sempat ataka satu tahun memperkuat God Bless serta mengadakan tour show dibeberapa kota seperti Jakarta,Bandung dan Padang dan Medan namun karena warna musik Nasution bersaudara lebih kencang kearah progressive rock maka kondisi ini menjadi kendala bagi God Bless yang lebih mengedepankan musik hard rock akhirnya merekapun menarik diri dari God Bless seperti pengakuan Debby suatu saat pada penulis.
Tahun 1975, God Bless kembali lagi bongkar formasi yakni Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (Bass), Jockie Soerjoprajogo yang gabung kembali setelah bermukim di Malang (Keybord)  dia mengajak Teddy Sudjaja (drum) dan Ian Antono (guitar) untuk gabung ke God Bless.
Pada tanggal 5 Desember 1975 Denny Sabrie dari Aktuil meminta God Bless mendampingi Deep Purple sebagai band pembuka di Jakarta, God Bless langsung menggebrak panggung dengan lagu Celebration milik PFM yang sontak mendapat sambutan luar biasa hangatnya dimana Donny Gagola dan Yockie menunjukan permainan dan gaya  first class-nya, inilah puncak kebesaran God Bless yang ditampilkan malam itu bahkan permainan keyboard Yockie mendapatkan pujian khusus dari dari John Lord  yang mana diam-diam mengamati permainan keyboardist   berbakat kebanggaan God Bless  yang memiliki  tinggi 182 cm itu.
Karena mendapat sambutan yang luar biasa meriah Albar-pun menjadi sangat bersemangat dan menyulut kembang api yang mana menjadi awal pemicu pembakaran yang dilakukan oleh penonton di Stadiun Utama Senayan saat itu., para penonton terutama yang berada di VIP A mulai destruktif. Terjadi perang lempar ”jok kursi” antara mereka yang berada di barisan lebih atas dan yang berada di bawah. Pesta bakar-membakar juga berlangsung, kertas-kertas  dibakar lalu dilemparkan ke bawah, menurut seorang teman kami yang juga menonton pagelaran itumain baker bakaran saat itu layaknya obor-obor yang dinyalakan waktu gelap persis seperti lakon wayang Hanoman Obong dalam cerita Ramayana. Keributan bertambah massive terutama di VIP A dan ini berlangsung sampai pertunjukan selesai. Jok kursi berterbangan dilemparkan dilempar penonton sampai ke pintu masuk bahkan ke bawah di luar lapangan.Karena kejadian ini panitia merugi besar dan membuat Denny Sabri sewot berat  sampai – sampai dia berujar “No More Super Group”!.

                                        Majalah TOP  selalu meliput  konser God Bless



Kemudian di tahun 1976 meraka merilis Album perdana Huma diatas Bukit  yang konrtoversial itu dimana God Bless mendapat pujian sekaligus makian dari para penggemar musik cadas di Tanah Air saat itu dikarenakan hampir di semua lagu nyaris aransemennya  comot sama comot sini mungkin ini dikarenakan keseringannya mereka menyayikan lagu asing, macam milik King Ping Meh, Queen, Edgar Winters; Jhonny Winters, Deep Purple dan Genesis, Jetro Thull membuat gaya musik. Hal tersebut tergambar jelas dalam pengarapan album perdana mereka itu, Umpamanya  Huma Diatas Bukit yang nyaris sama dengan lagu Firth of The Fifth-nya Genesis pada lagu Rock Di Udara menyelinap kesana Storm Bringer –nya Deep Purple. Dalam acara Rockaholic Zone di radio Ramako Yockie secara khusus mengutarakan rasa kecewanya terhadap album God Bless yang pertama itu yang dikatakannya sebagai album salah kaprah..



                                           Formasi  God Bless dalam album Cermin




Menjelang pembuatan album kedua Jockie Soeryoprayogo keluar dari God Bless untuk yang kedua kalinya dan memilih mengerjakan proyek album solonya serta menggarap proyek Badai Pasti Berlalu, album yang melejitkan penyanyi Chrisye. Posisi Jockie Soeryoprayogo kemudian di ambil alih oleh Abadi Soesman yang bergabung tahun 1979 dan ikut terlibat di pembuatan album kedua cermin (1980). Di album ini konsep musik God Bless sedikit berubah. Permainan keyboard Abadi Soesman yang banyak di pengaruhi  musik jazz dan klasik menjadikan ramuan aransemen lagu-lagunya terkesan lebih rumit dan membutuhkan skill tinggi dalam memainkannya. Secara keseluruhan album itu sangat bagus bahkan mungkin akan menjadi sebuah album yang terbaik kalau saja Abadi tidak memasukan Tarkus-nya ELP  kedalam lagu Anak Adam.
Namun dua tahun setelah album cermin dirilis, Abadi Soesman mengundurkan diri. God Bless sendiri vakum beberapa tahun. Di tengah kevakuman God Bless, Tahun 1988, God Bless menggebrak dengan lagi lewat album Semut Hitam, yang kembali lagi menghadirkan kehandalan permainan keyboard Jockie Soeryoprayogo yang gabung kembali. Di album ini lagi-lagi konsep musik God Bless berubah. Dari tadinya lebih bernuansa rock progresif secara atakan berubah menjadi sedikit lebih keras karena pengaruh musik hard rock dan heavy metal yang mengikuti zamannya waktu itu.

                                 Teddy Sudjaya God Bless Drummer Generasi Ketiga, Mantab!





secara komersil, boleh dibilang album semut hitam yang antara lain melejitkan lagu kehidupan, semut hitam dan rumah kita ini cukup sukses. Sayangnya, keberuntungan tersebut tidak di barengi oleh keharmonisan hubungan di antara personelnya serta pihak manajemen. Buntutnya, Ian Antono menyatakan hengkang dari group yang membesarkan namanya ini. Posisinya kemudian di gantikan oleh gitaris muda berbakat  Eet Sjachranie
yang sebelumnya sempat memperkuat bandnya Fariz RM dan group Cynomadeus-nya Iwan Madjid.
Setelah Album Semut Hitam (1988), tidak berlama-lama lagi di tahun 1989 God Bless langsung merilis album Raksasa. Untuk kesekian kalinya konsep musik God Bless berubah lagi. Di Album Raksasa, permainan gitar Eet Sjachranie sangat mempengaruhi pada perubahan warna musik God Bless. Selain lebih keras juga terkesan sarat akan sound rock yang trend di akhir tahun 1980-an. Di album ini melejit lagu Maret 89, Menjilat matahari, Raksasa yang sangat didominasi dengan permainan gitar Eet Sjachranie yang banyak terpengaruh musik Van Helen dan juga ACDC.
Ditahun 1991 God Bless merilis Album Story Of God Bless yang merupakan lagu-lagu lawas mereka yang dirilis ulang seperti lagu Huma diatas Bukit, Sesat, Musisi, Setan Tertawa, She Passad Away adalah lagu-lagu yang di arensmen ulang dan sangat lebih segar, modern. Setelah album ini grup band yang menjadi tonggak musik rock di Indonesia ini vakum dan masing-masing poersonil nya sibuk dengan proyeknya sendiri-sendiri. Seperti Eet Sjachranie dengan Edane nya. Jockie Soeryoprayogo dengan Kantata Takwa, Swami dan juga Suket serta melambungkan nama Mel Shandy dan Ita purnama Sari. Donny Fattah dengan Kantata Takwa juga dan melambungkan group pendatang baru Power Metal.
Teddy Sudjaya yang memproduseri dan menciptakan lagu-lagu Anggun C Sasmi. Achmad Albar sendiri dengan solo nya yang cukup sukses. Selain itu juga diawal tahun 1990-an banyak bermunculan Band-band muda berbakat sebut Slank, Power Metal, Grass Rock, Elpamas dan Kaisar. Dan ironisnya di awal tahun 1990-an itu juga muncul group band yang merupakan duplikat dari God Bless sendiri yakni Gong 2000 di mana tiga porsonelnya Achmad Albar, Ian Antono dan Donny Fattah serta di tambah Harry Anggoman (Keybord) dan Yaya Muktio(Drum) melejit dengan lagu-lagu Rock yang bernuasa pentatonic Bali, dan ada beberapa lagu lawas God Bless yang masuk di Album Gong 2000 ini.

Selang beberapa tahun vakum yang cukup panjang, di tahun 1997, para porsonel God Bless, termasuk Eet dan Ian Antono kembali berkumpul. Workshop yang mereka gelar di kawasan puncak, Bogor menghasilkan album berjudul Apa Khabar, yang merupakan album kerinduan mereka untuk kembali berkiprah di panggung musik. Kisah selanjutnya setelah penggarapan album Apa Khabar, Eet Sjachranie resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri Edane, yang sejak tahun 1992 sudah merilis album perdananya.

                                                   God Bless Formasi Teranyar


Menjelang penggarapan album-album terbaru God Bless giliran Jockie Soeryoprayogo dan Teddy Sudjaja yang mengundurkan diri. Penggarapan album pun menjadi terlambat, sepanjang tahun 2000 hingga 2005 God Bless belum juga merilis album lagi. Sepanjang tahun 2000 hingga 2006 ini banyak nama-nama yang sempat mengisi kekosongan di tubuh God Bless di antaranya, Kembalinya Abadi Soesman, Inang Noorsaid, Iwang Noorsaid, Harri Anggoman, Yaya Muktio dan Gilang Ramadhan. Terakhir mereka masih manggung di acara A mild Live Soundernaline dan acara tahun baruan di Ancol dengan formasi Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah dan Gilang Ramadhan. Hingga kini di tahun 2010 God Bless masih tegar seakan-akan mereka memang selalu dibekahi Tuhan dan formasi teakhir mereka adalah Achmad Albar (vocal), Ian Antono (gitar), Donny Fatah (bass) , Abadi Susman (keyboard) dan Yaya Muktio (drums) God Bless , may  God always bless you !.

IAN ANTONO

Ian Antono yang memiliki nama asli Jusuf Antono Djojo (lahir di Malang, 29 Oktober 1950) adalah seorang musisi dan pencipta lagu yang juga salah seorang gitaris kelompok musik rock legendaris God Bless
            Pada awalnya, Ian Antono merupakan seorang drummer. Namun setelah mendengar musik-musik The Shadows ia mulai berminat menjadi seseorang gitaris. Ia pun akhirnya bergabung dengan band Abadi Soesman yang waktu itu namanya cukup diperhitungkan. Tahun 1970 ia hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan band Bentoel yang menjadi pengiring bagi penyanyi Emilia Contesa dan Trio The King.

      Akhirnya tahun 1074 ia resmi menjadi gitaris God Bless dan merilis album-album seperti Huma Diatas Bukit (1975), Cermin (1980), Semut Hitam (1989). Nama Ian Antono mulai menarik perhatian karena pada saat itu atmosfer musik rock di Indonesia belum ada yang memulai.God Bless lah yang pertama kali mempelopori.Secara otomatis Ian juga menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rock Indonesia.

   Setelah mundur dari God Bless dan Ian bergabung dengan grup Gong 2000 dan merilis album-album seperti Bara Timur (1991), Laskar (1994), dan Prahara (1996).Sewaktu masih memperkuat God Bless permainan Ian berbeda dengan semasa ia memperkuat Gong 2000. Di Gong 2000 ia banyak memasukkan unsur musik Bali. Hal itu dibuktikan pada setiap penampilannya, Ian setidaknya mengikutsertakan 20 musisi asli Bali. Tahun 1997,
Ian kembali memperkuat God Bless dan berduet dengan Eet Sjahranie yang masih berstatus sebagai gitaris God Bless. Konsep double gitar ini cukup menarik perhatian meski pada akhirnya album "Apa Kabar?" gagal dipasaran.
    

    Ian Antono juga merupakan sosok seorang musisi yang produktif. Dalam setahun beliau bisa menggarap album untuk beberapa penyanyi. Banyak album yang tidak lepas dari sentuhan hangatnya termasuklah Iwan Fals,Anggun C. Sasmi,Nicky Astria,Doel Sumbang,Gito Rollies,Ebiet G Ade\, Ikang Fawzi dan banyak lagi. Karya Ian Antono di arena muzik telah menerima banyak penghargaan. Antaranya ialah BASF Award (1987 - 1988) untuk Arranger Terbaik dan Komposer Terbaik untuk album Gersang (Nicky Astria), HDX Award (1989) untuk lagu Buku Ini Aku Pinjam (Iwan Fals) BAFS Award (1989) Album Bara Timur (Gong 2000) sebagai The Best Selling Album dan The Best Arranger & Composer, HDX Award (1994) untuk album Laskar (Gong 2000) sebagai Album Terbaik. Yang tidak kalah pentingnya adalah penghargaan dari Diamond Achievement Award atas dedikasi dan prestasi yang tinggi di industri musik pada tahun 1995.
            Sebuah pengalaman yang menarik bagi Ian adalah ketika pada tahun 1999 ia diundang oleh Ramli Syarif untuk ikut memeriahkan ajang Formula-1 di Malaysia. Bagi Ian ini bukan pengalaman biasa, pasalnya disana turut hadir pula grup kolaborasi dewa gitar dunia, G3 dan grup rock legendaris Jethro Tull. Dengan memanfaatkan sesi check sound, Ian mempelajari perangkat milikSteve Vai yang jumlahnya banyak. Dari situ ia menambah ilmu dan wawasan yang belum pernah ia dapatkan di Indonesia.
            Kebesaran nama dan kontribusinya bagi dunia musik Indonesia membuat para musisi muda Indonesia menggelar proyek album A Tribute To Ian Antono yang dimeriahkan oleh artis-artis musik Indonesia seperti EdaneE, Sheila On 7, Padi, Gigi, Cokelat, Boomerang, /rif, dll.
            Ian Antono pada tahun 2007 ini sering memakai Gibson Les Paul standar dan juga Gibson SG double neck. Untuk perangkat latihan di rumah ia memakai Marshall, namun untuk LIVE dan rekaman di studio ia menggunakan Mesa Boogie. Tak ada efek macam-macam yang ia gunakan selain sebuah delay.

ALBUM PERTAMA DAN KEDUA ( LEGENDA ROCK INDONESIA ) '' GODBLESS''

[NC11-AM] Album dengan Title God Bless ini adalah album pertama dari grup musik God Bless yang dirilis pada tahun 1975. Hits dalam album ini adalah lagu "Huma Di Atas Bukit" dan "Setan Tertawa".

Gaya permainan keyboard Jon Lord (Deep Purple), Rick Wakeman (Yes), maupun Tony Banks (Genesis) menyelinap dalam pola permaian Jockie Soerjoprajogo. Album God Bless ini patut dicatat sebagai album rock Indonesia yang tampil utuh. Karena sebelumnya, tercatat banyak grup rock Indonesia yang telah masuk dunia rekaman, tapi harus kompromi dengan selera pasar dengan memainkan musik pop, misalnya Freedom of Rhapsodia, The Rollies, AKA, Rasela, dan masih banyak lagi.

Dalam melodi lagu maupun aransemennya terdengar banyak kemiripan dengan lagu-lagu milik Genesis, Jethro Tull, Kin Ping Meh, Gentle Giant, Doobie Brothers, atau King Crimson. Kemungkinan ini terjadi karena selama malang melintang di panggung pertunjukan God Bless lebih banyak memainkan repertoar rock mancanegara.

Daftar Lagu
1. "Huma di Atas Bukit" (Donny Fattah / Sjuman Djaya) (Film Laela Majenun) - 5:05
2. "Rock di Udara" (Donny Fattah) - 4:52
3. "Sesat" (Donny Fattah / Sjuman Djaya) (Film Laela Majenun) - 5:35
4. "Eleanor Rigby" (John Lennon / Paul McCartney) (The Beatles cover) - 5:34
5. "Gadis Binal" (Ian Antono) - 4:08
6. "Friday On My Mind" (Easybeats) Easybeats cover - 6:40
7. "Setan Tertawa" (Donny Fattah) (Film Semalam di Malaysia) - 4:21
8. "She Passed Away" (Donny Fattah) - 6:33

1. Huma Di Atas Bukit dimulai dengan kombinasi permainan piano Jockie dan petikan gitar apik oleh Ian Antono, menyambut masuknya suara Achmad Albar yang dalam dan prima. Lagu yang indah ini pada dasarnya adalah sebuah kidung dengan struktur sederhana dengan permainan gitar yang baik oleh Ian Antono pada pertengahan lagu. Bila kita cermati terlihat adanya pengaruh permainan Steve Hacket dari grup Genesis sangat kuat pada aransemen lagu ini, sehingga ada kesamaan melodi dengan lagu Firth of Fifth dari album Selling England By The Pound milik grup Genesis.

2. Rock Di Udara menggambarkan situasi pada tahun 1970-an ditandai dengan adanya dua aliran musik yang saling bersaing. Di satu pihak ada pemuja musik rock 'n' roll (diwakili oleh Benny Subarja dari grup Giant Step dan grup musik rock lainnya. Di lain pihak ada pemuja musik "lokal" yaitu musik dangdut yang dimotori oleh H. Rhoma Irama. Persaingan ini cukup menegangkan dan mencapai puncaknya, terutama dengan adanya pengaruh dari majalah musik waktu itu Aktuil. Dalam lagu ini, God Bless menyerukan agar persaingan itu dihentikan. Aransamen musiknya sangat orisinal dengan kombinasi yang bagus antara permainan bass Donny Fattah, petikan gitar Ian Antono dan permainan keyboard dari Jockie Surjoprajogo menghasilkan komposisi musik rock progresif karena penuh dengan perubahan gaya sepanjang lagu walaupun akhirnya kembali ke versi awal lagu. Keyboard solo oleh Jockie bisa mengundang decak kagum.

3. Sesat adalah satu lagi dengan komposisi yang cukup orisinal yang dengan mudah bisa dinikmati oleh banyak orang. Lagu yang bagus ini penuh dengan kombinasi apik permainan gitar, keyboard untuk menemani kekuatan vokal paduan suara yang dipimpin oleh Ahmad Albar, didukung komposisi bass yang dinamis dari Donny. Ada permainan gitar solo yang sangat baik dari Ian disertai dengan permainan keyboard yang sangat seksi.

4. Eleanor Rigby, lagu karya Lennon/McCartney dari kelompok Beatles yang diaransemen ulang dengan sangat baik oleh God Bless menjadi satu komposisi yang berciri rock progresif, dengan banyak perubahan tempo dan melodi sepanjang lagu.

5. Gadis Binal mengisahkan kehidupan wanita pencari kesenangan duniawi – merupakan satu lagu rock dengan ritme yang baik yang terdiri dari gitar, keyboard dan bas serta permainan drum yang baik dari Teddy Sujaya. Walaupun gaya permainan gitar Ian Antono sangat mirip dengan permainan Tommy Bolin pada lagu Getting Tighter dari grup Deep Purple, aransemen lagu ini cukup asli, bebas dari pengaruh lagu lain. Sekali lagi, Donny menunjukkan petikan bass yang dinamis sepanjang lagu.

6. Friday On My Mind milik kelompok EasyBeat dari Australia diaransemen ulang oleh God Bless yang dipadukan dengan sangat pas dengan melodi gitar dari lagu Thick As A Brick milik Jethro Tulls dan dari lagu Dancing With The Moonlight Knight milik Genesis. Walaupun bukan lagu asli God Bless tetapi sangat menyenangkan, dengan sentuhan yang sangat khas God Bless.

7.Setan Tertawa berisi pesan tentang keresahan kalangan muda tentang keserakahan manusia lalu mencari jalan keluar lewat narkoba atau perjudian. Dimulai dengan permainan drum yang dinamis oleh Teddy Sujaya disusul dengan lengkingan gitar Ian Antono, yang saling mengisi dengan bass dan drum. Ada kesamaan pola dengan bagian intro lagu Valedictory milik Gentle Giants. Dengan sering berubahnya gaya dan tempo musiknya, lagu ini termasuk pada kelompok rock progresif. Penuh energi dan daya dengan potongan-potongan transisi kompleks pada berbagai bagian lagu dengan perubahan yang tidak terduga. Dari segi permainan drum, di sini Teddy Sujaya memainkan komposisi drum terbaik dari seluruh lagu dalam album ini.

8. She Passed Away adalah lagu penutup dari album ini. Lagu bercerita tentang seseorang yang kehilangan seorang kekasih yang walau hanya seorang wanita sederhana tetapi sulit dicari penggantinya. Lagu yang indah ini dinyanyikan dengan suara prima oleh dari awal sampai akhir lagu – diiringi petikan gitar dan bass, masing-masing oleh Ian dan Donny. Pada bagian tengah lagu, ada sisipan bagian dari lagu The Musical Box milik grup Genesis.

God Bless kemudian merilis ulang beberapa lagu dari album ini dengan aransemen baru, yaitu lagu Huma Di Atas Bukit, Sesat, Setan Tertawa dan She Passed Away yang dirilis pada album kompilasi The Story Of God Bless.
Personil :
• Achmad Albar : lead vocal
• Ian Antono : backing vocal, lead guitar
• Donny Fattah : backing vocal, bass guitar
• Teddy Sujaya : drum
• Jockie Surjoprajogo : Keyboards
Dirilis tahun 1975 Dengan Label Pramaqua.
Cermin adalah album kedua dari grup musik God Bless yang dirilis pada tahun 1980.
Saya teringat waktu masih SD mendengarkan kaset God Bless ini, karena Om saya sudah SMA, setiap hari pasti menyetel album cermin ini. Dan Album inilah album Favorit saya sampai sekarang, hamper setiap hari pasti saya stel, baik lewat PC maupun MP3 Player, sungguh sebuah album yang dahsyat baik dari segi musikalitasnya maupun kekuatan liriknya.

Album ini penuh dengan nuansa rock progressif yang rumit dengan menonjolkan kemahiran tiap personil memainkan instrumen musiknya melalui aransemen yang jelimet. Beberapa lagu menjadi sangat panjang melampaui panjang lagu rata-rata (3 - 4 menit) pada saat itu. 'Anak Adam' yang merupakan lagu terpanjang (11 menit 59 detik) penuh dengan atraksi ketrampilan tiap-tiap personilnya.

Album ini melawan arus industri musik saat itu. Dengan konsep rock progresif seperti itu, album ini dianggap lahir mendahului jamannya. Konsumen tidak siap menerimanya. Akibatnya Cermin merupakan album God Bless yang paling jeblok penjualannya. Tetapi, secara pencapaian estetika musik, Cermin melampaui album God Bless manapun.

Album ini yang paling banyak dicari para kolektor, sayangnya Cermin adalah satu-satunya album God Bless yang belum pernah dirilis ulang dalam bentuk CD. Master rekaman yang semula dimiliki JC Records kini dimiliki oleh Logiss Record.. Belum diketahui mengapa Logiss Record belum mengeluarkan rilis ulang dari album yang dicari oleh banyak kolektor ini.
Album kompilasi 18 Greatest Hits of God Bless memuat 3 lagu hasil remaster dari album ini

Daftar Lagu

Side A
1. "Cermin" (Donny Fattah) - 6:17
2. "Selamat Pagi Indonesia" (Ian Antono) - 6:16
3. "Musisi" (Donny Fattah) - 4:26
4. "Balada Sejuta Wajah" (Ian Antono) - 3:36
5. "Sodom & Gomorah" (Ian Antono) - 4:07

Side B
1. "Anak Adam" (Benny Likumahuwa/ Donny Fattah) - 11:59
2. "Insan Sesat" (Abadi Soesman) - 5:53
3. "Ingat" (Donny Fattah) - 6:44
4. "Tuan Tanah" (Ian Antono) - 2:06

Cermin mengawali album ini dengan komposisi berbasis balada, dengan awalan musik bermelodi indah yang dilanjutkan dengan aransemen keyboard / piano yang kaya improvisasi dan inovatif oleh Abadi Soesman mengiringi suara bening Ahmad Albar. Petikan gitar yang mantap dari Ian Antono mengisi berbagai segmen pada lagu ini. Mengikuti dinamisnya aliran musik, permainan drum yang solid oleh Teddy Sujaya mempertegas struktur lagu ini. Sungguh suatu lagu berirama rock progresif yang sangat baik.

Selamat Pagi Indonesia, lagu ini pas sekali jika dinikmati di pagi hari, setelah bangun tidur, mengalir indah seperti pada lagu pertama, dengan permainan keyboard / piano oleh Abadi Soesman dan dipadu dengan permainan gitar akustik oleh Ian Antono. Musiknya banyak diisi oleh suara bening Achmad Albar dan suara gitar akustik. Musiknya mengalir dinamis dalam tempo sedang dengan kombinasi harmonis antara gitar & keyboard. Permainan drum yang solid dan sangat variatif dari Teddy Sujaya mengisi lagu ini dengan pas. Lagi ini adalah satu lagu rock progresif yang sangat baik

Musisi, saat diwawancarai Metro TV, Donny Fatah bercerita bagaimana awal penciptaan lagu ini, saat dirinya mengalami dilemma antara terus berkarir dalam dunia musik atau kerja kantoran…dan lahirlah lagu dahsyat ini, mungkin adalah lagu rock progresif terbaik yang pernah dibuat oleh God Bless! Diawali dengan permainan solo bass "berjalan" Donny Fattah yang menjadi penentu warna musik lagu ini. Petikan rhythm guitar dari Ian Antono mengikut petikan bass solo tadi, lalu dilanjutkan dengan masuknya dentuman drum oleh Teddy Sujaya serta permainan keyboard Abadi Soesman. Setelah suara bening & mantap yang khas dari Ahmad Albar masuk, musik berubah semakin rumit oleh bunyi instrumen yang saling mengisi antar gitar, bass, keyboard dan drum. Dalam lagu Ian, Donny, Abadi dan Teddy mendemonstrasikan keahlian masing-masing memainkan instrumen musiknya. Luar biasa! Paduan suara Ahmad Albar ditopang oleh permainan apik Ian Antono dan Donny Fattah menghasilkan paduan yang harmonis. Musisi adalah lagu yang memacu adrenalin, dimainkan dalam tempo cepat dengan aransemen musik yang hebat.

Balada Sejuta Wajah adalah lagu balada yang enak didengar, kombinasi yang harmonis antara melodi yang menyenangkan, vokal yang mantap dan musik yang bergaya orkestra. Bayangkan bagian interlude lagu ini diisi dengan keyboard yang dimainkan bagai orkestra. Selain komposisinya bagus, lirik lagunya juga puitis dengan pesan yang kuat penuh perenungan "Mengapa, semua berkejaran dalam bising, mengapa oh mengapa sejuta wajah engkau libatkan dalam himpitan kegelisahan, Adakah hari esok makmur sentosa bagi wajah-wajah yang menghiba?"

Sodom & Gomorah adalah sebuah lagu rock dengan aransemen yang rumit bahkan sejak awal lagu. Bagian awal lagu ini mengingatkan orang dengan musik ELP. Bagian tengah lagu sangat menarik karena God Bless memasukkan unsur musik jazz ke dalam musik rock dalam tempo tinggi dan warna musik yang rumit. Bagian tengah lagu mengingatkan orang pada musik dari grup Kansas.

Anak Adam adalah lagu terpanjang dalam album ini, Awal lagu dimulai dengan aransemen yang mengingatkan orang pada musik Kansas tetapi kemudian segera beralih ke nuansa musik gamelan Bali dalam tempo tinggi. Peralihan ke musik gamelan Bali terasa sangat pas. Abadi Soesman mendemonstrasikan teknik bermain keyboard tingkat tinggi dalam lagu ini, walaupun ada nuansa musik grup Kansas. Ian Antono dengan grup Gong 2000-nya kemudian merilis ulang lagu ini, dengan aransemen tanpa dipengaruhi musik grup Kansas.

Insan Sesat, satu lagi lagu balada, kali ini dengan aransement yang lebih sederhana dibanding dua lagu balada lain dalam album ini. Abadi Soesman berperan penting di sini dalam mengiringi vokal Ahmad Albar. Balada yang indah.

Ingat adalah sebuah lagu dengan bangunan sederhana, dimainkan dengan tempo sedang, dengan lirik yang memberi pesan moral tentang menghadapi kehidupan. Ada permainan piano / keyboad dan permainanan gitar solo yang apik dalam lagu ini.

Tuan Tanah mengakhiri album ini, dengan gaya acapella yang baik oleh Ahmad Albar, Donny Fattah dan Ian Antono.

Personil

• Achmad Albar : vocalist
• Ian Antono : gitar
• Donny Fattah : bass
• Teddy Sujaya : drums, percussion
• Abadi Soesman : keyboards

Terbit 1980 Direkam Genre Rock Panjang 51:34 Label Billboard Indonesia.